"Ver? Nanti lo osis nggak?" tanya Amanda pada Verra yang sedang sibuk mencatat catatannya.
"Hari apa sekarang?" tanya balik Verra, sebelum Amanda menjawab Verra sudah lebih dulu ingat sekarang hari Kamis, "Iya osis, gue lagi ngurusin proposal acara terakhir buat angkatan kita," jawab Verra masih tetap sibuk mencatat.
"Yah nggak bisa nemenin gue dong?" Verra mendongak mengalihkan tatapannya dari catatan ke Amanda yang berada di depannya.
"Nemenin kemana?"
"Hmm mau ketemu Genta," jawabnya cengengesan.
Genta itu teman dekat Amanda, meski bilangnya hanya teman dekat tapi perilaku mereka persis seperti sepasang kekasih, sayangnya Genta tidak bersekolah di tempat yang sama dengan Amanda. Verra sudah cukup mengenal Genta karena beberapa kali mereka memang pernah main bersama.
Verra langsung mendengus begitu mendengar jawaban Amanda, "Kebiasaan banget pacaran ngajak gue!" ucap Verra meledeknya, lalu dia kembali menyelesaikan catatannya, bertingkah seakan-akan malas mendengar ucapan Amanda selanjutnya.
"Siapa yang pacaran sih, Ver! 'Kan Genta juga sama temennya," ujarnya mengelak, Verra menautkan alisnya, heran kenapa temannya itu selalu mengelak padahal jika dilihat dari senyumnya saja sudah bisa ditebak Amanda memang memiliki perasaan lebih untuk Genta. Terlebih setelah beberapa kali dia ikut bertemu Genta, dari yang dia perhatikan Genta juga memiliki perasaan yang sama. Cukup membingungkan bagi Verra, karena menurutnya kenapa tidak saling mengungkapkan saja biar lebih jelas.
"Ada juga lo tuh! Gimana sama Verrel ada kemajuan?" Verra mendongak dan langsung memberi tatapan tajam ke arah Amanda.
"Kemajuan apaan sih?" Verra menutup bukunya kesal, "Jangan bikin gossip yang nggak jelas deh, orang denger nanti salah paham," tambah Verra, sejak kejadian try out lalu Amanda jadi sering sekali membahas soal Verrel, padahal antara Verra dan Verrel tidak ada hubungan seperti yang orang-orang asumsikan.
"Loh? Bukannya emang kalian lagi ada apa-apa?"
"Ck! nggak ada apa-apa!"
"Ah bohong kali? Ngaku berlanjut 'kan lo chattingan sama dia?" Verra membulatkan matanya kaget dengan tuduhan yang Amanda berikan padanya.
"Nggak!" Verra membantah cepat.
"Coba cek?" ucap Amanda malah menantang Verra.
Dengan malas Verra langsung memberikan handphonenya pada Amanda, "Tuh cek, sampe ketemu gue kasih duit gocap!" ucapnya sarkas. Amanda lalu membuka lockscreen handphone Verra yang memang sudah dia ketahui passwordnya. Lalu jarinya sibuk menggulir chatroom pada aplikasi line Verra.
"Ada nggak?" tanya Verra percaya diri setelah melihat Amanda mencari dan tidak menemukan apa-apa, Amanda lalu terkekeh dan menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Verra. "Sok tau sih lo!" Verra lalu mengambil handphonenya dari genggaman Amanda.
"Ya kirain aja gitu?" ujar Amanda dengan senyum lebar tanpa dosa.
Verra lalu merapikan buku-buku yang ada di atas meja dan memasukkannya kembali ke dalam tas. "Kantin yuk? Laper," ajak Verra setelah selesai merapikan semua alat tulisnya.
Amanda menyipitkan matanya penuh selidik, Verra balik menatap Amanda bingung. "Tumben lo bilang laper?" lagi-lagi Verra hanya bisa menghela napas sebal mendengar pertanyaan Amanda yang selalu saja berusaha mencari tahu.
"Gue nggak sempet sarapan tadi pagi, kesiangan," ujar Verra jujur apa adanya, karena dia memang tidak sempat sarapan tadi.
"Yaudah ayo! Gue juga tiba-tiba jadi laper," lalu Amanda lebih dulu bangun dari duduknya, dan Verra mengikutinya dari belakang. Verra tetap mempertahankan posisinya di belakang Amanda dan dengan sengaja tidak ingin mensejajarkan langkah Amanda, sebagai bentuk antisipasi jika dia terus mengungkit soal Verrel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Verrarell
Fiksi Remaja[Sedang diperbaiki] Bagi Verra memendam perasaan terhadap seseorang itu sebuah kekeliruan, karena sejatinya perasaan memang untuk diutarakan. Kalau hanya dipendam tanpa yang bersangkutan tahu, apa dengan menerka-nerka sudah cukup menenangkan? Atau a...