Masih tetep jadi Silent Readers? Mata lu bisulan,serius👯👿
***
"Ini soal gimana sih? Kok susah banget" Adiba menggaruk-garukkan ujung pensil yang tidak diraut ke kepalanya kesal, sejak tadi Adiba sama sekali tidak mengerti soal Fisika yang diberikan Rey.
Padahal kata Rey, soal Fisika yang ia berikan, sangatlah mudah bagi pelajar sepintar dan seluwes Adiba.
Tak
Rey memukul pelan kepala Adiba menggunakan pensilnya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan menatap Adiba yang meringis.
Ini sudah hari ketiga mereka belajar bareng, maka dari itu juga, Rey dan Adiba sudah sangat dekat seperti orang yang sudah lama mengenal. Karna sifat Rey yang supel dan mudah bergaul membuat Adiba nyaman jika bersamanya. nyaman dalam kategori teman belajar saja ya.
Adiba seharian kemarin memang tidak bertemu dengan Aziel, ntah mengapa. Memang mereka sama sekali tidak bertemu ataupun dengan sengaja berpapasan karna seharian Adiba juga sibuk dengan belajarnya bersama Rey dan Buk Martiati.
"Lo kan pinter, kenapa gak lo aja sih yang lomba?" Ucap Adiba kesal seraya mengelus kepalanya yang sedikit sakit akibat jitakan Rey dengan pensilnya.
Rey tertawa pelan menanggapi ucapan Adiba, ia memperbaiki duduknya seraya melipat kedua tangannya menatap Adiba serius.
"Tahun berapa lo lahir?"
"Ngapain nanya"
"Jawab aja kali, judes bat lu" Rey menggeleng-gelengkan kepalanya, Adiba juga ikut menatap Rey dengan pandangan mengernyit.
"2000, emang kenapa?" Tanya Adiba heran, Rey tertawa kembali membuat Adiba bingung. Ada apa dengan pria dihadapannya ini? Kenapa selalu tertawa, padahal tidak ada yang lucu sama sekali.
"Tuh,dari situ aja lu udah bisa tau kenapa gue gabisa ikut lomba"
"1999?"
"Iya" Jawab Rey santai, kembali dengan posisi awal. Memegangi pensilnya kembali mengarahkan tatapannya kearah buku tebal dan laptop yang berada dihadapannya.
"Lo, pacaran gak sih sama Aziel?"
Adiba mengernyitkan alisnya bingung menatap Rey, sudah beberapa hari ini Rey selalu menanyakan apakah ia dan Aziel berpacaran? Jelas saja jawabannya Tidak, kenapa ia selalu bertanya akan hal yang tak pasti begini?
"Kepo banget sih lo" Jawab Adiba mendorong pelan bahu Rey.
"Gue kan cuma tanya"
"Udah ah, lanjut gih. Gue kagak ngerti nih"
***
Dimas berjalan seorang diri di koridor sekolah yang sepi. Hari ini, Dimas tidak ngikut mereka bolos karna malas untuk main-main.
Aziel pun juga tidak ikut membolos, Aziel lebih memilih duduk diatas rooftop sendirian tanpa mau diganggu siapapun.
Braakk...
"Ma..aaf"
Dimas reflek, langsung jongkok untuk memunguti buku yang berserakan dilantai.
Dimas yang semula memunguti buku yang terjatuh berserakan akibat ulahnya yang berjalan sembari melamun menabrak seorang gadis yang Dimas pun tak tau siapa yang ia tabrak.
Dimas mendongakkan kepalanya melihat siapa yang meminta maaf kepadanya, senyum Dimas mengembang saat tau bahwa Nisa lah yang menabraknya tadi mengakibatkan buku yang Nisa bawa jatuh berserakan dilantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA & IPS (COMPLETE)
Teen Fiction[ P R I V A T E R A N D O M ] . . Jurusan adalah sebuah pilihan yang dipilih oleh masing-masing pribadi. Diukur dalam kemampuan dan kecerdasan otaknya. Tapi bagaimana jika cinta tumbuh diantara kedua belah pihak yang bersengketa? Jurusan IPA & IPS...