13. Lomba Osn Fisika (2)

9.2K 743 19
                                    

Happy Reading!



***


"Saya buk?"

"Iya, kamu saya masukin dalam daftar lomba osn fisika. Kamu keberatan?" Ucap buk Martiati menatap Adiba yang terkejut akibat pernyataan yang diberikan oleh buk Martiati tentang masalah perlombaan osn fisika.

Adiba tampak berfikir, ia merasa tak pantas jika mewakili sekolahnya dalam perlombaan osn fisika, masih banyak didalam Sma 1 Minas siswa/siswi yang lebih dikatakan mampu dalam bidang fisika.

"Buk,saya merasa gak pantes. Masih banyak yang mampu buk" ucap Adiba menunduk, ia takut untuk menatap wanita paruh baya yang sangat masih dikatakan cantik ini.

"Saya memilih kamu juga karna kamu mampu Adiba" wanita paruh baya ini mengucapkan dengan tegas maksud dari tujuannya memanggil Adiba ke ruang majelis guru, tampak sekali dari raut wajah buk Martiati, ia sama sekali tidak ingin dibantah oleh keputusannya.

Adiba yang mulanya menunduk takut, memberanikan dirinya menatap buk Martiati yang sedang menunggu jawaban Adiba, apakah Adiba mau mengikuti lomba atau akan menolak sekali lagi permintaan buk Martiati yang kelampau tidak mau ditolak ataupun dibantah, buk Martiati memang sangat tegas dalam mengambil keputusan karena memang sifat buk Martiati selalu tegas dan cepat tanggap dalam mengambil suatu keputusan, ia juga memilih Adiba bukan asal-asalan, ia menyeleksi murid-murid dikelas tanpa mereka ketahui.

Buk Martiati tersenyum saat Adiba mengangguk mantap, Adiba juga tak yakin dengan keputusan yang diambilnya, hanya saja ia harus mengambil keputusan secepatnya. Kalau berlama-lama mungkin saja buk Martiati akan memarahinya dengan ceramah yang tak kunjung habis dari kata A-Z.

"Yasudah, kamu kembali ke kelas. Yang akan menjadi mentor kamu selama latihan osn fisika berlangsung, nanti dia akan menemui kamu saat jam istirahat kedua " ucap buk Martiati menyuruh Adiba kembali ke kelasnya untuk mengikuti jam pelajaran selanjutnya, karna baru saja buk Mel dengan senang hati membunyikan bell masuk serta membuat para siswa siswi kelimpungan mau tak mau, jika terlambat. Ya sudah mereka yang terlambat akan menetap diluar kelas dan dianggap cabut.

***

Dimas masih saja menggenggam tangan Nisa, mereka kini menuju taman belakang sekolah yang tak jauh dari gudang, beberapa langkah lagi mereka akan memijak rumput taman belakang yang hijau dan dipenuhi banyak bunga.

Susah payah Nisa menahan napasnya dari tadi, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu warna-warni yang sedang beterbangan keluar menggelitiki perut Nisa. Bayangkan coba jadi Nisa? Gimana gak bahagianya saat ini, tangannya. Oh tidak tangan Dimas bukan saja memegangnya tetapi menggenggamnya, menautkan kelima jarinya dimasing-masing sela jari Nisa.

Nisa mengulum senyumnya, ia menggigit bibir bawahnya menahan gugup, menahan segala detakan yang berdentum keras didalam jantungnya, seperti ada seseorang yang dengan sengaja memukul dram didalam jantung Nisa.

Merasa tangan Nisa yang kelampau dingin banget sangking gugupnya, Dimas menyadari akan hal yang baru saja ia lakukan, ia membalikkan badan menatap Nisa yang seketika menundukkan kepalanya pertanda ia malu atau bisa jadi Nisa nervous.

Dimas menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia ikutan bingung dengan suasana yang mereka sadari canggung sekali. Masih ada yang janggal tentunya saat Nisa makin mempererat genggamannya ditangan Dimas, Dimas tersenyum, ia tau pasti Nisa saat ini sangat gugup sekali berada dihadapan pria tampan seperti Dimas, gak ada yang bisa lari dari pesonanya si Dimas. Ganteng banget sih, cuma yaa tetep Aziel lebih ganteng.

"Sampai kapan nih? Kita bakalan gini?" Ucapan dimas mampu membuat Nisa mempelototkan kedua matanya, segera ia menjauhkan tangannya dari Dimas, oh tidak. Apakah baru saja Nisa merasakan bahwa ia sedikit agresif tetap menggenggam tangan Dimas yang notabenenya juga termasuk pentolan sekolah. Yang namanya geng nya Aziel gak bakalan ada yang jelek, yakin dah. Isinya cogan semua, gesrek-gesrek gitu tapi laki banget.

IPA & IPS (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang