Hening.
Satu kata penuh makna, mereka sama-sama terdiam di dalam mobil sport hitam milik Aziel.
Adiba menolehkan pandangannya mengarah ke jendala, masih dengan kondisi jantung yang tidak tenang, ingin berlonjak-lonjak dan keluar dari sarangnya.
Aziel melirik Adiba sekilas lalu mengalihkan pandangannya lagi mengarah yang lain, sungguh apakah di dalam mobil ber Ac ini sangat panas? Kenapa rasanya panas sekali dan jantung yang berdetak tak beraturan sesuai iramanya.
Tidak ada yang berani memulai percakapan.
Tetap hening.
***
Sedari tadi Nisa hanya berdiam diri tanpa mau bertanya akan kemana ia dibawa oleh Dimas, jantungnya masih saja berdetak cepat sesaat Dimas tersenyum padanya,menggenggam tangan Nisa. Dan semuanya masih terngiang-ngiang dibenak Nisa.
"Kita mau kemana Dim?" Tanya Nisa mengeluarkan suaranya.
Dimas menoleh menatap Nisa yang kebingungan akan diajak kemana.
"Nonton, lo mau kan?" Tanya Dimas mengedipkan sebelah matanya sembari tersenyum.
Lagi-lagi jantung Nisa seakan tidak selaras dengan otaknya, bagaimana jika Dimas mendengarkan keadaan jantung Nisa saat ini?
(Ya lord Dims,bikin hati Nisa leleh cepet bener kayak leburan lilin yang meleleh-,-)
Nisa hanya mengangguk mengulum senyumannya, wajahnya kini ia tolehkan kembali kesamping.
***
"Kita gak nonton?" Tanya Aziel membuka suara.
Kini Adiba dan Aziel sudah tiba di dalam Mall Ciputra Pekanbaru, tepatnya mereka kini berada di depan pintu masuk 21.
"Gak hobby nonton sih, tapi yaudah kalau lo mau nonton" Jawab Adiba mengangguk patuh saja, ia berjalan duluan di depan Aziel, sebenarnya Adiba masih gugup dengan kejadian beberapa jam yang lalu yang membuatnya masih terlihat syok akan itu.
Aziel memberanikan dirinya untuk berjalan beriringan dengan Adiba yang akan membeli tiket masuk.
Sepertinya mereka akan menonton film horor."Kata mbaknya, kursinya tinggal yang jauhan, gue disini lo disini. Mau gak El?" Tanya Adiba sembari menatap layar monitor yang diperlihatkan tempat kursi penonton. Aziel melirik layar monitor mengalihkan pandangannya kembali pada Adiba.
"Kita nonton jam yang selanjutnya aja deh, emang lo mau duduk jauh-jauh dari gue?" Pertanyan Aziel cukup mengejutkan membuat Adiba malu-malu, semburat merah dipipinya tercetak jelas.
"Apasih" Adiba menoel lengan Aziel dengan kepalan tinjunya.
"Yaudah ayo" Ajak Aziel pada Adiba, ia mengulurkan tangannya membuat Adiba berdiam diri ditempat, rasanya seperti ada kumpulan kupu-kupu yang beterbangan di dalam perut Adiba, menggelitik membuatnya ingin tersenyum selalu.
Adiba tanpa ragu menggapai uluran tangan Aziel, tangan mereka mengait, jari-jari mereka menyatu yang membuat Aziel tersenyum senang. Akhirnya ajakannya yang satu ini tidak ditolak Adiba secara mentah-mentah.
"Gimana kalau kita makan dulu?" Aziel menolehkan pandangannya keseluruh tempat untuk mencari tempat makan yang enak.
"Disitu aja" Aziel mengangguk, tangan mereka sama sekali tak terlepas, Adiba menarik Aziel dengan jari mereka yang masih saja terkait.
Mereka kini sedang menunggu pesanannya yang baru saja dipesan Adiba.
"Gimana disekolah?" Tanya Adiba yang menatap Aziel, mereka saling menatap.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA & IPS (COMPLETE)
Teen Fiction[ P R I V A T E R A N D O M ] . . Jurusan adalah sebuah pilihan yang dipilih oleh masing-masing pribadi. Diukur dalam kemampuan dan kecerdasan otaknya. Tapi bagaimana jika cinta tumbuh diantara kedua belah pihak yang bersengketa? Jurusan IPA & IPS...