13. Lomba Osn Fisika (3)

8.5K 791 38
                                    

Silent readers? Mata lu bisulan 🙈

***

Adiba berjalan seorang diri menelusuri koridor yang sangat sepi dikarenakan bell sudah berbunyi sedari tadi.

Adiba sepanjang jalan memikirkan apa alasan yang tepat untuk tidak mengikuti tawaran dari Buk Martiati. Sungguh, ia sama sekali tak menginginkan ikut lomba, ditambah lagi mentornya itu Rey.

Bagian terburuk yang pernah ada.

Tok.. Tokk... Tokk...

Adiba mengetuk pintu tiga kali, menandakan bahwa ia siswi yang sopan, Adiba menunduk hormat.

"Ada apa Adiba?"

Adiba mendongak, menatap manik mata guru berparas cantiknya ini, Buk Martiati.

Adiba mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkah masuk kedalam ruangan majelis guru, ia gugup. Takut sekali, mendengar jawaban Buk Martiati jika saja ia berbicara ingin menolak tentang lomba osn.

"Kamu ngelunjak ya, tetep juga bolos" Suara guru 3 meja setelah meja Buk Martiati menggema, Adiba dan Buk Martiati ikut menoleh ke sumber suara.

"Saya gak bolos buk" Jawab Aziel santai dengan kelima sekawannya.

"Jangan harap saya percaya" Teriakan marah itu bersumber dari suara Buk Misi yang kewalahan mendengar dari guru-guru lain bahwa keenam muridnya ini selalu saja membolos, hanya sesekali saja masuk kedalam kelas.

Adiba tak sengaja bertemu pandang dengan Aziel, Adiba menunduk sesaat Aziel memalingkan mukanya setelah menatap wajah Adiba, apa maksud dari tatapan Aziel?

"Kalian semua mau saya skors?" Ucap Buk Misi kembali dengan nada membentak.

Mereka hanya terdiam tanpa perlawanan lagi, Aziel memalingkan pandangannya menatap Adiba yang sedang tidak fokus berbicara kepada Buk Martiati.

"Kamu kenapa ?"

"Eh" Adiba tersadar akan lamunan pendeknya, ia segera bangkit dari tempat duduk "Buk, saya lupa bawa buku fisikanya, maaf ya Buk. Saya permisi dulu"

Buk Martiati hanya mengangguk paham.

Aziel yang menatap kepergian Adiba hanya melihat sekilas, setelah itu ia diberikan tugas oleh Buk Misi untuk membersihkan keseluruhan lapangan sekolah.

Bagi mereka sih gampang, jika dikerjakan bersama-sama.

***

Adiba sedari tadi mengutak atik ponselnya. Ia sibuk mengetik pesan untuk seseorang, ia juga bingung ingin menulis apa.

"Gue gak jadi.. (delete)

"Karna lo udah marah, gue tetep lanjutin.. (delete)

"Lo, gak benci gue kan?.. (delete)

Adiba mengacak rambutnya asal, ia bingung harus menuliskan apa untuk Aziel, ia sama sekali tidak bisa menolak keinginan gurunya tersebut.

Adiba melemparkan ponselnya asal keatas tempat tidurnya. Ia beranjak dari atas tempat tidur, menuju kearah jendela.

Duduk bermenung, menatap ribuan bintang yang menghiasi langit malam.

"Apakah Bintang memang selalu bersinar seperti ini?" Pikir Adiba

Adiba menenggelamkan kepalanya dilipatan tangannya, ia juga harus mengambil keputusan yang tepat. Dan tidak harus menyakiti siapapun.

Dear future husband ...

IPA & IPS (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang