10 - Maaf

1.8M 98.6K 17.7K
                                    


"Cha...."

"Natasha...."

Acha tidak berani mengangkat kepalanya, ia merasa begitu kecil dan sangat malu dihadapan banyak orang. Acha tentu saja sangat mengenali suara yang memanggilnya barusan. Acha berusaha menenangkan dirinya, mengurangi isakanya. Ia menahan agar tidak menangis lagi.

"Acha..." suara itu memanggil lagi.

Perlahan Acha mengangkat kepalanya, mendongakkan wajahnya melihat pria yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi sedikitpun. Acha mendengus sebal.

"Iqbal ngapain disini?" tanya Acha dengan suara serak.

"Katanya nggak suka sama Acha? Iqbal nggak usah kesini" usir Acha sesengukan. Ia memutar bola matanya, mencari pemandangan lain. Ia tak mau Iqbal melihatnya menangis seperti ini. Lebih memalukan!.

"Acha masih sakit hati. Jadi Acha belum bisa bertemu Iqbal. Maafin Acha"

"Iqbal pergi aja!!"

Sebuah tangan ter-ulur dihadapan Acha, membuatnya bingung. Acha menatap Iqbal lagi. Pria itu sedikit tersenyum, hanya sedikit tapi bisa cukup terlihat dikedua mata Acha.

"Maafin gue"

Kedua mata Acha terbuka, apakah ia tidak salah dengar? Iqbal meminta maaf kepadanya? Acha mengusap bekas-bekas air matanya, masih tidak mengerti situasi saat ini. Ia menatap Iqbal lebih lekat, memperjelas tatapan tidak mengertinya ke Iqbal.

"Gue nggak bermaksud ngomong kayak tadi. Gue hanya lepas kontrol!"

"Gue minta maaf, Natasha" sesal Iqbal tulus.

Acha menghela pelan, mengusap ingusnya yang sedikit turun dengan punggung tanganya, kemudian mengelapnya dibelakang rok. Maklum saja, ia tidak bawa tissue.

"Iqbal nggak salah kok. Acha aja yang nggak tau diri. Kayak yang Iqbal bilang"

"Bukan gitu, ta...." Iqbal menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung menjelaskan bagaimana.

Iqbal menyodorkan tanganya lebih dekat.

"Bangun dulu. Jangan nangis lagi" pinta Iqbal.

"Iqbal udah nggak marah sama Acha?" tanya Acha, tatatpanya senduk dengan kedua mata mulai berkaca-kaca.

Iqbal menghela berat, gadis macam apa yang sedang ia hadapi ini. Bukankah yang harusnya marah besar itu adalah gadis ini bukan dirinya. Iqbal menggeleng pelan.

"Gue nggak marah sama lo"

"Beneran? Iqbal nggak marah sama Acha? Nggak benci kan sama Acha?"

"Enggak Cha" jawab Iqbal pelan. "Cepetan berdiri."

Acha menganggukan kepalanya, meraih tangan Iqbal dan segera mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Acha merapikan dan membersihkan rok-nya yang kotor dan dipenuhi beberapa tangkai rerumputan.

Acha menatap Iqbal kembali yang masih menunggunya.

"Iqbal.." panggil Acha pelan.

"Apa?"

"Emang Acha kayak cewek murahan ya? Acha cuma bersikap kayak gitu ke Iqbal aja kok nggak ke cowok-cowok lain. Beneran Acha nggak bohong!"

"Acha cuma sukanya sama Iqbal, nggak suka cowok lain"

Iqbal terdiam, bingung harus merespon apa.

"Ayo masuk kelas. Sebentar lagi bel masuk" ajak Iqbal mengalihkan pembicaraan.

MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang