4 - Pingsan

2.9M 114K 20.1K
                                    


Iqbal memasukkan seregamnya ke dalam loker, jam pertama hari ini adalah olahraga dan Iqbal sangat semangat untuk berlari pagi. Ia melangkah ke arah lapangan, menyusul beberapa temanya yang sudah berbaris disana.

"Bal, jangan diemin kita kek! Sorry banget!" ucap Glen men-sejajarkan langkahnya.

"Bal jangan marah kek! Kayak cewek PMS lo!" sahut Rian di sisi kanan Iqbal.

Iqbal menghela berat,

"Dia sogok pakek apa lo berdua?" tanya Iqbal dingin.

"Bolpoin satu pack!" serempak Glen dan Rian.

Langkah Iqbal langsung terhenti, telinganya nggak salah dengar kan?

"Lo berdua barter nomer gue cuma dengan bolopin satu pack?" tanya Iqbal dengan raut tak percaya.

"Kan bisa dijual lagi"

"Biar kita nggak mungutin bolpoinya si Siti lagi"

Iqbal memejamkan kedua matanya denga erat, mengatur napasnya dengan tenang, amarahnya baru saja akan meledak.

"Aisshhh!!" geram Iqbal berjalan kembali dengan langkah lebih cepat.

Glen dan Rian saling bertatapan,

"Lo sih!"

"Kok gue? Kan lo yang ngasih!"

"Kan lo yang iyain!"

"Gimana kalau Iqbal mecat kita berdua jadi temannya?"

"Mampus! Nggak bakalan ada yang nyontekin kita lagi waktu ujian!"

"Mampus! Nilai kita taruhanya!"

"Mampus!!"

"Kejar kunci jawaban berjalan!"

"KEJAAARR!!"

****

Lapangan SMA Arwana terbilang sangat luas dan setiap harinya akan ada 3 kelas yang menjalani pelajaran olahraga secara bersama dengan 3 guru berbeda. Mungkin ini yang disebut takdir bagi Acha dan malapetaka bagi Iqbal. Diantara tiga kelas itu, adalah kelas mereka. 11-A dan 11-C, kelas Iqbal dan Acha.

Lebih buruknya lagi, guru olahraga Acha sedang sakit, dan mereka free-class.

"Selamat pagi, Pak Handoko"

Semua anak 11-A yang lagi stretching dipandu Pak Handoko menghentikan aktivitas mereka. Menatap ke depan dengan bingung karena kedatangan sosok gadis yang sedang jadi trend di SMA ini. Siapa lagi jika bukan, Natasha Kay-Loovi a.k.a Acha!.

"Pacar lo bal!"

"Mampus, dia lagi masuk ke kandang singa" bisik Glen dan Rian yang berbaris di dekat Iqbal.

Pak Handoko menurunkan kedua tanganya, menatap Acha tajam dan bingung. Alis tebalnya terlihat semakin panjang dan menebal.

Acha meneguk ludahnya, mencoba tegar dan tidak takut!.

"Ada apa?" tanya Pak handoko tak suka basa –basi. Beliau adalah salah satu member dari Three Musketeers sekolah ini yang dijuliki Bapak Porthos, beliau dulunya mantan kepala polisi Jakarta Timur yang entah karena apa berbelok menjadi guru olahraga, jadi jangan heran kalau kemana-mana bawa pistol yang tersimpan fana di sabuk dekat perutnya.

"Bapak Handoko yang Acha hormati, maaf jika Acha mengganggu bapak. Jadi..."

"Langsung saja!"

"Pelajaran olahraga di kelas Acha kosong, Bapak Tono sedang sakit. Sebagai murid yang berpegang teguh pada Tut Wuri Handayani, Acha tidak suka ada pelajaran kosong"

MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang