28 - Kecemasan

1.5M 80K 9.2K
                                    

                  


          Acha keluar dari gerbang rumahnya dengan senyum yang sangat merekah. Wajahnya bersinar penuh kebahagiaan, cahaya sinar matahari pagi ikut menyorot tanpa pamrih. Memberikan pagi yang indah untuk gadis cantik ini.

          Acha melangkah mendekat ke seorang pria yang bertengger di atas sepda motornya dengan kedua tangan sibuk memainkan ponselnya.

"Selamat pagi Iqbal sayang" sapa Acha dengan wajah malu-malu. Acha merasakan kedua pipinya sedikit memanas.

          Iqbal mengangkat kepala, menatap Acha sebentar. Sangat datar.

"Hmm" balasnya singkat dan kembali berkutat dengan ponselnya.

          Senyum di wajah Acha memudar begitu saja berganti dengan tatapan sengit memendam kekesalan. Sekali lagi seorang Guanna tetaplah seorang Guanna mau bagaimanapun!

"Balasnya singkat banget!" protes Acha.

"Emang lo mau kek gimana?" tanya Iqbal balik. Kedua matanya masih berkutat di layar ponsel.

"Jawabnya yang romantis!" tegas Acha. " Selamat pagi juga Acha sayang gitu!" jelasnya lebih lengkap.

          Iqbal manggut-manggut, tanganya memasukan ponsel ke dalam saku. Iqbal menatap Acha kembali.

"Udah?" tanya Iqbal santai.

"Apanya?" tanya Acha balik dengan wajah bingung.

"Ngomongnya? Kita udah telat" jawab Iqbal tak berdosa.

          Acha mendesis pelan, ia segera menarik helm yang ada diatas spion motor Iqbal paksa, memakainya dengan mulut yang terus menggerutu tak jelas. Setelah itu, Acha segera naik ke atas motor Iqbal.

"Acha udah naik! Ayo berangkat!" teriak Acha, nadanya sengaja di tinggikan.

          Tak ada jawaban dari pria di depanya. Motor pun melaju begitu saja, beranjak dari depan gerbang rumah Acha. Segarnya udara pagi menemani perjalanan dua sejoli dengan status cinta yang masih belum pasti!

*****

          Iqbal masuk ke dalam kelasnya, ia dan Acha sudah berpisah sejak di parkiran. Acha meninggalkanya duluan. Langkah Iqbal terhenti ketika kedua matanya mengamati papan tulis dan juga Rian yang tengah sibuk menghapus tulisan yang ada disana.

"Tiap hari pasti ada tulisan ngehina Acha kayak gini di semua kelas 1 sampai kelas 3" jelas Rian mendapati keberadaan Iqbal.

          Iqbal diam saja, kedua matanya sedikit menajam.

"Glen udah gue suruh hapus di kelasnya Acha"

          Iqbal mengangkat jempolnya. Ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju bangkunya. Beberapa teman kelas terus memperhatikan Iqbal, namun pria itu nampak acuh tak acuh, tidak mempedulikan. Bersikap biasa saja.

"ACHA DI PANGGIL GURU BK" teriak Glen yang baru saja masuk kedalam kelas.

          Teriakanya yang keras membuat anak sekelas kaget bukan main. Rian melempar Glen dengan penghapus yang ada ditangan kananya.

"Nggak usah teriak-teriak Babi!" kesal Rian.

          Glen nyengir tak berdosa.

"Gue barusan lihat Acha masuk ke ruang BK. Kayaknya masalah papan tulis deh" ucap Glen sok detektif.

"Masih pagi juga anak orang di suruh masuk ruang angker!"cetus salah satu anak kelas sambil geleng-geleng. Mungkin sedikit kasihan dengan Acha.

          Iqbal diam saja, kedua telinganya terus terpasang mendengarkan obrolan teman-teman kelasnya yang mulai heboh dan bergosip ria sendiri.

MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang