38 - Prasasti Hidup

1.6M 79.1K 21.9K
                                    


"Kamu diam, atau aku bungkam bibirmu sekarang!"

"Dibungkam pakai apa Iqbal?" takut Acha.

"Kayak gini...."

Kedua mata Acha mendelik lebar, Iqbal tiba-tiba membungkam mulutnya dengan membulatkan sapu tangan yang entah sejak kapan ada di kedua tangan pria itu. Iqbal mengikatnya dengan erat tanpa rasa kasihan.

"Minggir..." ucap Iqbal mendorong tubuh Acha sedikit kasar, mau tak mau Acha terpaksa berpindah duduk disamping Iqbal.

Acha mendecak sebal, bayangan adegan romantis yang ada di otaknya buyar sudah. Pria ini memang sangat menyebalkan! Lebih kejam daripada Adolf Hitler.

Acha segera melepaskan ikatan sapu tangan itu, ia hampir kesusahan untuk berbicara. Acha menyorotkan percikan api membunuh, Iqbal sangat jahat!

"IQBAAALLL!!!" teriak Acha sangat marah, ia melemparkan sapu tangan tersebut ke wajah Iqbal.

Bianglala yang mereka naiki akhirnya berhenti, tanpa mempedulikan Acha yang mengamuk tidak jelas, Iqbal keluar begitu saja dari bianglala meninggalkan Acha terlebih dahulu.

"NYEBELIN!!!" kesal Acha makin menjadi.

Acha pun segera menyusul Iqbal yang semakin menjauh darinya. Acha mengikat rambut panjangnya ke belakang. Ia merasa sangat terganggu, beberapa kali menyambit wajahnya sendiri.

"Padahal udah bayangin tadi bakal...."

Acha menyentuh bibirnya dengan tatapan nanar dan perasaan bercampur aduk.

Acha melengos pasrah, langkahnya melemas.

"Acha sedih sih, tapi pasti lebih sedih dan kecewa yang baca cerita ini! Nggak sesuai ekspektasi! Kasihan kasihan kasihan!"

****

Acha merengek untuk meminta masuk di Istana Boneka, berpuluh kali Iqbal menolak tapi gadis itu tetap memaksanya, menarik-narik tanganya. Sampai akhirnya Iqbal menyerah dan mengalah saja. Ia mengikuti kemauan Acha untuk hari ini.

Iqbal melihat Acha berjalan di depannya, dengan senyum terus mengembang di paras cantiknya. Acha terlihat sangat senang sekali.

Iqbal tersenyum kecil, memasukkan satu tangannya ke dalam sakut, berjalan santai. Sekali-kali, ia ikut mengedarkan pandanganya, melihat berbagai jenis boneka yang ada didalam.

"Iqbaall!!" teriak Acha mengejutkan Iqbal. "Lihat itu...." lanjutnya sembari menunjuk sebuah boneka.

Iqbal mengikuti arah tangan Acha, gadis itu tengah menunjuk sebuah boneka sapi yang cukup besar, Iqbal menatap Acha kembali yang tengah berlari-lari kecil menghampirinya.

Acha tiba dihadapan Iqbal.

"Beliin yang kaya gitu," rengek Acha, menatap Iqbal memohon.

"Mahal!" jawab Iqbal singkat.

"Katanya kaya, masak gitu aja mahal,"dengus Acha

"Bukan gue yang kaya, bokap." jawab Iqbal logis.

Acha mendecak pelan, raut wajahnya berubah sedih.

"Yaudah, Acha nggak jadi minta beli, Maaf." ucap Acha sedikit bersalah.

Acha membalikkan tubuhnya dengan lemas, kembali berjalan walau rasa hatinya sedih. Padahal ia sangat ingin boneka sapi itu. Acha beruapaya untuk tetap tersenyum.

MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang