27 - Dua Pesan

1.4M 88.7K 22.2K
                                    


Iqbal menghentikkan motornya tepat di depan gerbang rumah Acha, menunggu gadis dibelakangnya turun dari motor. Iqbal menaikkan resleting jaketnya, udara malam ini cukup dingin padahal masih pukul 19 lebih 15 menit.

Iqbal menoleh kesamping, Acha sudah berdiri di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Iqbal sedikit heran. Raut wajah gadis itu merenggut dengan bibir maju beberapa centi, menunjukkan kekesalan.

"Acha boleh tanya?"

"Apa?"

Acha menghela berat, matanya mengerjap beberapa kali.

"Iqbal kapan nembak Acha?" tanya Acha tanpa tau malu.

"Mati lah" jawab Iqbal lebih tak tau situasi.

Acha mendengus sebal.

"Bukan itu maksud Acha." gemas Acha. "Iqbal kapan nyatain cinta ke Acha?" jelas Acha.

"Kan udah" jawab Iqbal santai.

"Kapan?" tanya Acha dengan nada tak terima.

"Banyak. Di lorong sekolah, di ruang tamu rumah lo, dan tadi di Mall" jawab Iqbal datar.

"Masih kurang?" tanyanya mengakhiri.

Acha melipat kedua tanganya di depan dada, kekesalanya bertambah.

"Bukan itu maksud Acha. Iqbal kapan ngajak Acha pacaran?" greget Acha. Kesabaranya selalu saja di uji.

"Maunya kapan?" sahut Iqbal sep-santai rombongan semut yang lagi jalan-jalan.

Acha menghela berat. Ia pasrah!

"Ya secepatnya. Masak Acha digantung terus. Acha kan bukan jemuran. Acha manusia Iqbal"

"Acha suka sama Iqbal, Iqbal juga suka sama Acha. Nunggu apa lagi coba?"

"Nunggu Acha di rebut Juna lagi?" ancam Acha tajam.

Iqbal tersenyum sinis.

"Kayak Si Juna bisa aja" remeh Iqbal.

Acha melototkan kedua matanya, tak percaya dengan respon yang diberikan Iqbal.

"Bisa tau!" teriak Acha semakin tak terima. " Kalau kemarin Iqbal nggak nyegah Acha di lorong. Acha udah nerima Juna!"

Iqbal manggut-manggut dengan wajah tanpa ekspresi. Rautnya selalu tenang. Seolah itu bukan sebuah masalah berat yang dapat dihadapi dengan kepala dingin.

"Cha..." panggil Iqbal pelan.

"Apa?" sahut Acha masih kesal.

"Kita sampai kapan ya disini? Lo nggak mau masuk rumah?"tanya Iqbal tak berdosa.

Acha bersunggut sebal.

"Yaudah sana pulang!" usir Acha tanpa rasa takut. "Nggak usah pedulin Acha!"

"Udah nggak romantis, nggak peka! Nggak punya perasaan! Dasar...." Acha mengantungkan ucapanya, ia kehabisan kata-kata.

Iqbal menatap Acha, menunggu.

"Dasar apa?" tanya Iqbal dingin.

"Da...Da...Dasar... it... it..." Acha memutar bola matanya, berpikir keras.

"Pokoknya kapan Iqbal nyatain cintanya ke Acha? Kapan Iqbal sama Acha pacaran?" teriak Acha tak sabar.

Iqbal menggaruk belakang kepalanya, ia bingung harus menjawab apa. Sejujurnya, ia sendiri tidak tau kenapa bibirnya sangat susah untuk menyatakan perasaanya ke gadis ini. Seperti ada sesuatu yang tertahan. Tapi Iqbal tidak tau apa.

MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang