46 - 30 Detik ?

1.8M 77.4K 18.7K
                                    


"Iq...Iqbal?"

Pria itu membalikkan badanya, dengan tangan masih mengenggam erat tali balon sapi besar yang melambung di udara. Pria itu menatap Acha dengan kening berkerut.

"Apa dari belakang gue mirip seperti Iqbal?"

Acha tersenyum miris, wajah pria itu nampak jelas di kedua matanya. Bukan Iqbal yang datang seperti yang harapan besarnya. Dia adalah Johan, pria yang menelfonnya beberapa menit yang lalu. Acha hanya bisa menghela napas berat, mungkin efek dari kerinduan terlalu berat akan sosok Iqbal membuat pikiranya sudah terpecah tak fokus entah kemana.

"Apa karena gue habis potong rambut ya? Lo ngiranya gue Iqbal?" tanya Johan lagi sembari mengaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

Ekspresi wajah Johan terlihat sedikit bersalah. Johan berjalan mendekatk ke Acha, Johan tau bahwa Acha sedang memaksakan senyumnya dan tak bisa berkata apapun. Raut sedihnya yang berusaha disembunyikan begitu kentara di pengelihatannya.

"Pegang ini, Kay!" suruh Johan memberikan balon sapi kepda Acha, mau tak mau Acha menerimanya saja.

Acha diam tak bergeming, tak tau lagi harus berbuat apa. Ia mengepalkan jemari-jemarinya, menahan semua kepedihan, kesedihan dan amarah yang ingin meledak di dalam tubuhnya.

Acha menahanya, ia tak ingin membuat Johan kecewa. Pria itu sedang ingin menghiburnya dan membuat kejutan untuk ulang tahunnya.

Johan kembali mendekatinya setelah mengambil beberapa barang di bagasi mobilnya, seperti sebuah kado dan kue berbentuk kepala sapi dengan lilin yang sudah menyala.

"Selamat ulang tahun, Kay. Selamat tahun buat gue juga!" ucap Johan begitu senang.

Acha menganggukan kepalanya,

"Ayo kita tiup sama-sama" ajak Acha.

"Oke" sahut Johan mengiyakan.

Mereka memejamkan kedua mata terlebih dahulu membuat sebuah permohonan, setelah itu dalam hitungan ke tiga, Acha dan Johan meniup kue tersebut. Mereka berdua saling tatap dan melempar senyum.

"Buat Kay." ucap Johan menyerahkan kotak persegi panjang berwarna merah muda.

Acha menerimanya dengan ragu.

"Tapi, Acha belum nyiapin kado buat Jo. Acha bingung dari kemarin mau beliin apa."

"Kan gue udah bilang, gue nggak minta apa-apa Kay. Minta lo nggak sedih lagi aja, gue udah senang."

"Cihh..." desis Acha, ia pun menerima kado dari Johan dengan senang hati. Tak ingin membuat Johan sedih.

Acha dan Johan sama-sama tersentak, mereka mendongakan kepala ke langit setelah mendengar suara gemuruh cukup keras, sepertinya sedang mendung. Tak ada bulan maupun bintang yang terlihat diatas sana.

Acha menurunkan kepalanya, menatap Johan kemabali.

"Jo, makasih banyak udah ngasih Acha balon kesukaan Acha, Kado dan kue kesukaan Acha juga."

"Maaf Acha nggak ngasih apa-apa ke Jo,"

"It's okay, gue juga nggak minta." balas Johan sok angkuh.

Johan mengacak-acak rambut Acha dengan gemas, setiap harinya ia merasa bahwa Acha bertambah cantik tak ada kurangnya. Mungkin hanya satu! Dia sudah dimiliki orang lain! Dan itu sahabatnya sendiri.

"Jo..." panggil Acha lirih.

"Apa?"

Acha mengigit bibirnya, sedikit ragu dan takut untuk bertanya.

MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang