45 - Penantian

1.3M 70K 8.2K
                                    


"Mama sudah masakan pasta kesukaanmu,"

"Masuk rumah langsung makan!"

Acha menutup pintu mobil tanpa menghiraukan perkataan mamanya, seolah ia tak dapat mendengar apapun.

"Natasha! Kamu dengar mama kan?"

"Langsung makan, minum vitamin kamu!"

"Natasha!!"

"Natashaa!!!"

Kirana menghela berat, melihat putrinya bagai mayat berjalan. Tidak bisa paham lagi harus memberikan wejangan seperti apa kepada gadis itu. Sejujurnya, Kirana sangat kasihan dan tidak ingin anaknya bertingkah seperti ini lagi, begitu menyedihkan dan mengiris hatinya. Namun, mau bagaimana? Ia tidak ingin ikut campur kisah percintaan sang anak.

Kirana paham sekali bagaimana sifat Acha. Sekali A gadis itu akan mengejarnya sampai titik darah penghabisan. Tidak mempedulikan apapaun disekitarnya.

Yah... Itulah Natasha, putri cantiknya yang sangat cantik dan pandai di bidang mata pelajaran dan dalam sedetik menjadi sangat bodoh jika sudah berurusan dengan cinta!

Maka dari itu, Berhati-hatilah dengan cinta wahai kaum gadis. Cinta muda yang membara dapat mematikan perasaanmu dalam sedetik!

Kirana pun segera menjalankan mobilnya, ia sudah ada janji dengan temannya sore ini. Dalam hati selalu mendoakan bahwa anaknya tidak akan kenapa-kenapa. Kirana percaya itu, Acha lebih kuat dari apa yang dilihatnya dari luar.

*****

TingTong

Suara bel rumah Acha berbunyi beberapa kali, mau tak mau Acha harus beranjak dari kamarnya, untuk melihat tamu yang datang itu. Acha melangkah ke luar rumah dengan malas.

"Awas aja kalau abang kurir paket!"

"Kalau nggak paketan album boyband korea punya Tante-Mama pasti paketan si Amanda!" decak Acha sebal.

Acha membuka pintu rumahnya, ia menyipitkan matanya. Dari teras rumah ia dapat melihat jelas siapa yang ada diluar gerbang rumahnya yang tidak terlalu tinggi. Acha sedikit terkejut mengetahui tamunya itu bukanlah si abang kurir paket.

Acha membukakan pintu gerbang rumahnya.

"Juna," panggil Acha dengan raut wajah bingung.

Sosok Juna lah yang datang dan tengah berdiri dihadapan Acha. Pria itu tersenyum dengan merekah, terlihat sederet gigi putihnya yang membuat ketampanannya naik dua kali lipat.

"Selamat ulang tahun Acha." ucapnya sembari memberikan sebuah kotak kado yang sedaritadi disembunyikannya dibelakang punggung.

Acha dibuat terkejut kedua kalinya, ia menerima kado tersebut dengan ragu.

"Maaf baru ngucapin sekarang. Tadi, banyak urusan di ruang osis dan gue nyari lo di kelas waktu pulang sekolah ternyata lo udah nggak ada" jelas Juna panjang lebar.

Acha memaksakan senyumnya, sekilas terlintas perlakuan penolakannya kepada pria ini membuat Acha semakin merasa bersalah. Juna begitu baik sekali kepadanya.

"Terima kasih Juna. Maaf sudah repot sampai seperti ini." ucap Acha tidak enak.

"Santai aja, gue emang udah nyiapin dari kemarin. Sekali lagi Happy seventeen day."

Acha menganggukan kepalanya, untuk kali ini ia dapat tersenyum lepas dan tulus. Ia sangat berterima kasih dengan ketulusan dari Juna. Acha merasa begitu tersanjung. Juna memang pria yang sangat baik lebih dari yang ia bayangkan.

MARIPOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang