The Magic Forest [part 1]

133 18 26
                                    

Ruby bangun ketika seekor tupai melompat ke atas wajahnya.
Gadis itu tersentak, lalu merangkak keluar dari kubah tempatnya tidur.

Tampak Citrine, Shapphire dan Emerald sedang mengunyah seekor Kambing bakar. Tulang tulang dan beberapa kulit pisang tertumpuk rapi di dekat mereka.

Ketika Ruby berjalan dan duduk di dekat mereka, ketiganya tertawa keras, hingga Citrine hampir memuntahkan daging dimulutnya.

"Apanya yang lucu?" Ruby jengkel.

Namun teman temannya tidak menjawab.

Sontak, Ruby berlari ke pinggir sungai.

Seorang gadis berambut merah menatapnya balik dari pantulan air.
Dan, wajah gadis itu penuh noda.

Sial!

"Apa apaan ini?!"
Ruby berteriak, menunjuk wajahnya yang di penuhi coretan dari sari Blueberry. Pantas saja wajahnya terasa agak lengket ketika bangun tadi.

Emerald berusaha menjelaskan, tetapi ia selalu tertawa sebelum ia sempat berbicara.

Gusar, Ruby mencuci mukanya di sungai. Ia lalu duduk dan menceramahi ketiga sahabatnya sambil menikmati daging panggang.

"Jangan marah, dong" kata Shapphire. "Lagipula, kami sudah membuatkanmu kambing bakar yang lezat, bukan?"

"Bodo!" Teriak Ruby.

"Sudah, deh. Lebih baik kita segera ke Hutan Tanpa Batas" timpal Emerald, setelah tawanya mereda.

"Benar. Ayo, kita jalan"

"Tapi aku baru saja akan makan!" Bantah Ruby.

"Salahmu sendiri telat bangun"

Untuk kesekian kalinya, Ruby sangat ingin membunuh semua teman temannya saat itu juga.

"Meh- aku malas jalan" kata Citrine.

"Kita naik Dust lagi saja"

Dust yang mendengar namanya disebutkan, segera keluar dari kerah baju Ruby dan menggeleng keras.

"Aku tidak bisa membawa kalian sejauh itu!" Pekiknya.

"Tapi itu sangat jauh!"

"Karena itu lah kalian harus jalan sendiri!" Bentak Dust.

Hening.

"Ayo, jalan. Tidak ada gunanya mengeluh"

Akhirnya, Rombongan itu bergerak.

Lambat. Sangat lambat.

"Sudah sampai?" Tanya Citrine ketika mereka baru saja berjalan selama beberapa saat.

"Citrine, kita baru berjalan beberapa meter!"

Citrine mendengus kesal.

"Dust-kumohon, bawalah kami ke hutan, ya? Itu jauh lebih cepat" pinta Shapphire dengan mata memelasnya.

Dust memutar bola matanya.

"Oh, ayolah Dust" rajuk Ruby kemudian."kumohon?"

Sang rubah menarik napas panjang. Dust lalu memperbesar dirinya.

"Ayo naik" kata Rubah itu.

Mereka bersorak gembira. Shapphire yang baruboertama kali menunggangi Dust terlihat sangat senang.Setelah semua naik, Dust berbicara.

"Oke, pegangan erat erat. Aku tidak akan berhenti walaupun ada ada yang jatuh, mati atau terlempar" jelasnya.

"Tenang saja" balas Emerald dengan santainya.

ELECTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang