"Lho?" Citrine membuka petanya dan terkejut. "Shapphire berhenti bergerak"
"Berarti dia sudah sampai di sana dan memutuskan untuk menetap" ujar Ruby.
Emerald, seolah tak peduli, sibuk memetik buah ketika mereka lewat didepan sebuah pohon apel yang rindang. Ia lalu membagikannya baca Citrine can Ruby. Namun ketiganya merasa ragu untuk memakan buah itu, khawatir kalau kalau ada sesuatu di dalamnya.
"Semuanya" Dust berbicara, " kita sudah sampai"
Mereka berhenti, lalu turun dari pundak Dust. Rubah itu kembali mengecil dan imut seperti semula.
"Em, Citirine" Ruby menengadah, menatap keseluruhan gunung.
"Kau tidak bilang kalau gunungnya di selimuti kabut"
Sambungnya, kembali memperhatikan lapisan lapisan kabut yang menutupi gunung; mula mula putih bersih, namun ketika sampai ditengah, kabutnya berubah hijau. Lebih parah lagi, ketika di puncak, kabut itu berwarna hitam."Tunggu apa lagi? Ada Shapphire yang menunggu kita diatas sana!"
Pasrah, Ruby mengikuti kedua temannya mendaki gunung. Ia agak menyesal membawa pedang, karena itu terasa membebani tubuh rampingnya.
Walaupun mereka berusaha mendaki secepatnya, tetap saja itu sulit-mereka bahkan belum sampai ke wilayah kabut hijau.
"Huh, kalau kita bisa terbang, pastilah kita akan langsung terbang saja ke pulau sialan itu" gerutu Ruby lagi.
"Ini sangat sulit"
"Kalau memang sulit, kenapa Shapphire bisa sampai diatas sana kurang dari beberapa jam?" Sanggah Citrine, yang mulai muak akan semua keluhan Ruby.
Ruby mendengus- tangannya membeku. Kabut itu ternyata sangat dingin.
"Hei" Teriak Emerald. "Bisakah kita istirahat sebentar?"
Ruby dan Citrine setuju.
Untuk menghangatkan diri, Ruby memunculkan api dari tangannya, sementara kedua sahabatnya duduk mengelilingi api itu."Ayo, kita jalan lagi"
"Kita baru berhenti lima menit!" Protes Emerald.
"Apa boleh buat"
Ketiga orang itu mulai kehilangan semangat. Dust mulai mengantuk, jadi rubah itu masuk ke tas Ruby dan tidur disana.
"Oh, kabutnya berubah"
Mereka akhirnya tiba di wilayah kabut hijau.
"Uhm, sebaiknya kita mulai waspada. Minatour itu memang tinggal di puncak, tapi terkadang ia turun ke daerah ini untuk mencari makanan"
"Bisakah kau berhenti menakutiku?"
Erang Citrine.
Gadis itu memperbaiki letak kacamatanya, lalu mengeluarkan cahaya dari tangannya. Menerangi daerah sekitar."Kalian dengar itu?"
"Apa?"
"Suara itu"
"Tidak, aku tidak dengar"
"Biar kuperiksa" kata Ruby akhirnya.
Sebelum Citrine sempat melarangnya, Ruby sudah menghilang ke dalam kegelapan di hadapan mereka. Untk beberapa saat, Citrine dan Emerald biasa saja. Namun setelah beberapa menit, keduanya mulai gelisah.
"RUBY!" Teriak Emerald.
Tidak ada jawaban.
"RUBY!!"
Kali ini terdengar suara suara.
Untungnya, suara itu berasal dari Ruby yang berlari mendekati mereka. Ia terlihat pucat."Ada ap-"
Citrine terkejut ketika Ruby menyeret dirinya dan Emerald ke balik batu. Namun ia tidak bisa protes sebab sahabatnya itu terlihat sangat ketakutan; salah satu hal yang jarang terjadi padanya.
Detik selanjutnya, mata Citrine membelalak.
Sosok manusia berkepala banteng kehitaman muncul sambil menyeret kambing gunung yang telah dimakan separuh.
Sang Minotaur.
Emerald merasa mual saat itu juga.
Namun tak cukup sampai di situ. Minotaur malah mendekati batu tempat ketiganya bersembunyi.
Mula mula ia berdiri sangat jauh dari mereka. Kemudian tinggal beberapa meter. Selanjutnya, Citrine benar benar merasakan dan mendengar suara napas Minotaur yang berat dan mengerikan.Maaf ya pendek :((
Abis, buanyak banget tugas XD
Trus saya merasa bersalah gak apdet2 *Muehehehe
Saya akan di coba apdet lebih cepat dan ceritanya lebih panjang.
Seperti yang saya janjikan....
Inilah Shapphire!!!!
*drum roll*See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
ELECTUS
Fantasy[COMPLETE] #224 in Fantasy (25-05-2017) Pada suatu masa, tersebutlah sebuah kerajaan sihir bernama Encastia, yang dijaga oleh lima pengendali elemen terpilih dari masing-masing klan mereka; klan Redwood, Evergreen, Skyfall, Minerva, dan Chaos. Dibaw...