Good Bye...?

116 11 2
                                    

#endingsong tolong diputar lagunya yaa ^^

--

Ruby membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah lukisan dan mural di atap.Tampak Citrine sedang menikmati semangkuk sup hangat. Ditangan kiri gadis itu terdapat perban yang dihiasi warna merah. Sementara itu,terdengar Emerald dan Shapphire berbicara diruang sebelah.

Menyadari kalau sahabatnya sudah bangun, Citrine menghentikan aktifitasnya.

"Dimana kita?" Tanya Ruby.
Perban di tubuhnya pun tak kalah banyak. Namun anehnya, tidak terasa sakit sama sekali.

"Ruang kesehatan. Istana Raja" jawab Citrine singkat. "Kau mau sup?"

Ruby menggeleng.

"Kita sudah disini sekitar dua hari, ingat? Kau masih saja tidur" kata Citrine lagi.

"Aku mengantuk" balas Ruby sambil meregangkan tangannya.

Tiba tiba seorang pemuda masuk menghampiri mereka.

"Hematite! Kau baik baik saja?" Ruby agak terkejut melihat bekas luka di pergelangan tangan pemuda itu.

"Eh- aku tak apa"
Hematite buru-buru menyembunyikan tangannya dibalik punggung.

"Ada apa?" Tanya Citrine.

"Aku kemari untuk menyampaikan bahwa pangeran Krypton ingin bertemu kalian. Yah, kalau kalian sudah merasa lebih baik" jawab Hematite.

Namun kedua gadis di hadapannya malah fokus ke tangan kanannya yang tersembunyi.

"Dengar, aku tidak apa apa" kata Hematite lagi.
"Jadi, kalian sudah baikan?"

"Kurang lebih" jawab Ruby, yang baru sadar sekitar enam menit yang lalu.

"Bagus. Sekarang ayo kita pergi" ujar Hematite.

"Dengan pakaian seperti ini?"
Citrine menyela, menatap pakaian putih khas kerajaannya yang kini sudah terkoyak di sana sini.

"Hah, kau benar" kata Ruby lagi.

"Apa tak masalah bila kita ganti baju dan bersiap dulu? Lagipula, Hematite, kau terlihat lelah"

"Yah, Terserahlah. Mungkin aku akan istirahat sebentar" Jawab Hematite yang kemudian duduk di kursi di pojok ruangan.

"Nah, Citrine, aku mau ke rumahku sebentar" Ruby bangkit.

"Aku juga mau pulang" balas Citrine.

---

Ruby membuka pintu rumahnya. Terlihat kosong.
Biasanya setiap kali ia pulang setelah melakukan misi, Sard berdiri di ambang pintu, menceramahinya tentang segala hal berbahaya.

"Oh, ayolah, Sard! Kau juga seorang prajurit, bukan? Ini tugasku sebagai seorang electus!" Ruby memohon, matanya bersinar.

Sard menarik napas panjang.

"Baiklah, ayo kita makan"

Ruby menghentikan lamunannya, lalu melangkah masuk. Ruangan itu terasa dingin, dan terlihat suram tanpa penerangan. Gadis itu kemudian menghidupkan lampu, lalu naik keatas melalui tangga kayu ebony yang mengarah pada kamarnya.

Ruby segera mengganti pakaiannya. Ia mengenakan baju favoritnya; baju yang selalu menemaninya ketika ia melakukan petualangan. Ia kemudian mengenakan sepatu kulit kesayangannya. Ruby lalu memasukkan barang barang yang dibutuhkan kedalam tas.

"Ruby! Sudah berapa kali kubilang, jangan memakai sepatu didalam rumah!" Teriak Sard.

Tanpa sengaja mata merah Ruby menangkap sebuah kotak berdebu di bawah ranjangnya.

ELECTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang