Beginning

382 36 6
                                    

Sinar matahari tak begitu terik ketika Ruby bangun dari tempat tidur, dengan rambut merahnya yang berantakan. Dust, rubah kecil peliharaannya, sedang asyik melahap sepotong roti.

"Ya tuhan! Aku terlambat! Kenapa kau tidak membangunkanku?!" Teriak Ruby.

Gadis itu lalu berlari dan menyambar bajunya di kursi. Ia hampir saja terpeleset dan membentur dinding.

"Aku tidak tahu kalau hari ini adalah hari kunjungan rutin antar kerajaan" Balas Dust.

Menggerutu, Ruby menelan roti dan meneguk susu dengan terburu-buru, kemudian berlari ke arah pintu.

"Dust, pedangku!"

Dust menggigit pedang itu lalu menyerahkannya ke Ruby yang panik.
Sementara itu di depan istana, para penduduk mulai berkerumun.Ratu Prisma duduk dengan anggun di singgasananya.

Ratu Prisma duduk dengan anggun di singgasananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Scarlett.F.Ruby


"Apa mereka berlima sudah tiba?" Bisik sang ratu pada pengawal.

"Yang mulia, hanya nona Ruby Scarlett yang belum..."

Pintu menjeblak terbuka.

"Aku disini!" Ruby terengah-engah, lalu berlari kearah teman-temannya.

"Kau terlambat lagi!" Omel Citrine sambil membetulkan kacamatanya.

Sementara itu, Emerald terlihat sangat gembira hingga Shappire dan Hematite yang berdiri didekatnya menjadi sasaran.Ketiga pemuda itu tertawa.

"Maaf, Dust tidak membangunkanku"

Ruby merapikan rambutnya lagi.Citrine terlihat sangat cantik dengan setelan putih dan lencana kerajaan.Rambut panjang keemasannya pun tertata rapi.

"Apa Ratu Prisma marah?" Tanya Ruby sambil menyematkan lencana di daa kirinya.

"Tidak" balas Hematite.

"Mana Sard?" Tanya Emerald tiba-tiba.

"Huh, dia bilang mau pergi membeli sesuatu di kota dan meninggalkanku" Ruby cemberut, "Padahal aku kan,ingin ikut"

"Walaupun kalian saudara kembar dan dia laki-laki, Sard memang lebih baik darimu" Shapphire tertawa.

"Apa katamu-"

Ruby hendak mengacak-acak rambut biru Shapphire.Pemuda itu langsung melarikan diri.

"Uwa, sudah dimulai!"

Semua menoleh.

Terompet-terompet ditiup oleh para penjaga ketika pintu istana terbuka. Seorang pria tua berjanggut putih muncul bersma pengawal-pengawalnya. Kepala pria itu dihiasi mahkota emas yang berkilau. Meskipun sudah tua, ia terlihat seperti kesatria yang gagah berani.

"Dia Raja Faust yang dibicarakan itu"
Bisik Hematite pada Citrine.

"Ada apa, Shapphire?" Tanya Ruby ketika Shapphire terdiam.

"Tidak, aku hanya..." Shapphire menatap Raja Faust dengan curiga.

"bukan apa-apa.lupakan saja" sambungnya.

Raja Faust melangkah maju, berhadapan dengan Ratu Prisma.

"Sungguh kerajaan yang indah.Klan Redwood penguasa api, Evergreen si tangan hijau, Skyfall si mata es, Minerva yang bercahaya, dan Chaos yang misterius. Negeri yang aman dan damai" sang Raja bertepuk tangan.

"Kami dengan senang hati menyambut klan Sabertooth disini" Ratu Prisma tersenyum ramah.

Tatapan Raja Faust menajam.
"Sayangnya, kami kemari bukan hanya untuk berkunjung"

Secepat kilat, sebilah belati menembus jantung sang Ratu, yang kemudian terkapar bersimbah darah. Mahkota peraknya menggelinding di lantai. Tubuhnya perlahan-lahan retak.

"Dengar, rakyat Encastia! Mulai detik ini, kerajaan kecil kalian menjadi milik klan Sabertooth!"

Panik, Ruby berlari menghampiri Ratu sementara teman-temannya melawan.

"Ratu! Bertahanlah!"

Ruby begitu panik dan ketakutan, tapi Ratu Prisma hanya tersenyum lemah.

"Kalian berlima mempunyai bakat istimewa. Jika kalian bergabung, kalian akan semakin kuat.."

ia menyentuh kristal merah yang tertanam di dada Ruby, sebelum akhirnya tubuhnya menhilang dan hancur berkeping-keping.
Terdiam, Ruby refleks menarik pedangnya.Ia mengusap airmata,lalu berteriak.

"Hematite, lindungi warga! Citrine, Shapphire dan Emerald, pergi ke Sayap barat dan timur! Aku akan mengatasi ini!"

Ruby berbalik. Penuh amarah, ia menebas musuhnya memberi jalan untuk yang lainnya. Ketika ia sedabg melawan salah satu pemberontak, tiba-tiba Ruby kehilangan kesimbangan. Sebelum pisau lawan mengoyak perut Ruby, seseorang menangkis serangan tersebut. Ruby membuka mata, tak percaya.

 Ruby membuka mata, tak percaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sard Redfore

"Sard?!" Ruby berteriak, "kau.. kenapa bisa kemari? Disini tidak aman-"

Sard membungkam mulut Ruby dengan tangannya.

"Dengar, Ruby. Ini mungkin terakhir kalinya kita bertemu sebagai saudara" Sard menunduk, tubuhnya berkeringat.

"A-apa maksudmu?"
Ruby berusaha mundur, tetapi tangan dingin Sard lagi-lagi menahannya.

"Mulai hari ini, aku bukanlah saudara laki-lakimu lagi"

Keduanya membisu.

"Maafkan aku, Ruby. Tapi aku harus melakukan ini"

Sard menarik belati, lalu menggores tangan Ruby, meninggalkan luka panjang disana.

"Sekarang, berpura-puralah kau sudah mati" ia lalu menggendong Ruby keluar dari hiruk pikuk itu.

"Aku tidak bisa meninggalkan teman-temanku!" Erang Ruby. Rasa sakit memenuhi tubuh dan pikirannya.

Tidak ada jawaban.

Dan semua tiba-tiba menjadi gelap.

Hai semuanya...salam kenal.. saya masih baru di wattpad. Kisah ini diambil dari kisah persahabatan saya dengan empat sahabat-sahabat saya yang tercinta. Saya harap kalian menikmatinya serta memberi kritik dan saran agar cerita ini menjadi lebih baik.

-Arraya

ELECTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang