The Magic Forest [Part 2]

107 16 1
                                    

"Kyaa!"

Citrine menjerit ketika ia jatuh tersungkur menghantam kayu tua, lalu terguling kedalam semak semak arbei.

Untungnya, kecoa tadi terbang ke atas lalu menghilang begitu saja.

Ruby bergegas turun dari pohon dan menghampiri Citrine. Begitu pula Emerald dan Shapphire.

"Kau tidak apa apa?"

"Em, ya, kurasa" Citrine memegangi kepalanya yang agak pusing. Ia lalu menyipitkan mata.

"Ada yang lihat kacamataku?" Tanyanya.

Shapphire lalu memungut kacamata yang tersembunyi di balik daun, lalu menyerahkannya kepada Citrine.

"Terima kasih"

Citrine memakai kacamatanya, lalu berdiri.

"Kita ada di mana?"

Ia lalu mengamati sekitar, tersadar bahwa mereka sudah melenceng dari jalur.

"Em, aku tak tahu" Ruby mengacak acak rambutnya.

"Kita harus segera ke kuil prisma di jantung hutan" tegas Emerald.

"Masalahnya" Citrine berhenti sebentar untuk bernapas,
"jantung Hutan Tanpa Batas selalu berpindah tempat" sambungnya.

Emerald melongo.

"Apa maksudmu dengan 'berpindah tempat' itu? Dari mana kau tahu?"
Tanya pemuda itu.

Ruby mendesah panjang.

"Kuil prisma adalah jantung hutan ini. Dan oleh sebab sebab tertentu, tak ada yang tahu letak pasti nya, karena kuil itu selalu berpindah pindah. Itu ada di ensiklopedi sihir I oleh Merlin! Ingat kelas kelas sihir tambahan itu, Emerald?" Jelas Ruby, dibarengi oleh anggukan Shapphire.

"Yah, itulah akibatnya kalau kau tidak memperhatikan tuan Merlin"
Tambah Citrine.

Emerald cemberut. Ia selalu berpikir kalau ilmu mantra itu tak berguna, karena ia punya bakat tersendiri dari lahir.

Sihir itu membosankan, batin pemuda itu.

"Kita hanya buang buang waktu bicara begini. Lebih baik kita mulai jalan" katanya kemudian.

"Ke arah mana?" Tanya Shapphire.

"Ke mana saja"

Mereka berjalan seolah tanpa tujuan.
Terkadang seekor nyamuk lewat. Namun sepertinya hanya Ruby yang bersemangat untuk memburu makhluk itu. Bangkai nyamuk raksasa pun berserakan di sepanjang perjalanan.

"Ruby berhentilah membunuh makhluk tak berdosa" ujar Citrine.

"Aku kan, hanya ingin membantu" sungut Ruby, "kalian mau di gigit dan darah kalian dihisap habis?"

"Tidak, tapi bukan begini maksudku"

"Sudahlah kalian" kata Emerald gusar.

"Em, teman teman, kita punya masalah di sini" Shapphire berbicara, lalu menunjuk deretan bangkai nyamuk di depan nya.

"Lho? Ini kan nyamuk yang aku..." Ru- bingung. "Apa ini artinya kita hanya berjalan memutar?"

"Bisa jadi" Citrine merinding.

"dan sepertinya ada yang sedang mengawasi kita" timpal Emerald.

Rombongan itu kembali bergerak, namun kali ini menuju arah yang lain.

Keempat orang itu berjalan melewati kayu kayu tua, ratusan kepik, dan bertemu koloni semut.

Lagi dan lagi, mereka kembali ke tempat yang sama; penuh bangkai nyamuk di mana mana.

ELECTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang