5. LIMA

263 121 57
                                    

"Sudah kukatakan, Palmer! Aku tidak ingin lagi bekerja di perusahaan itu! Tidak ada alasan bagiku untuk tetap bekerja di sana kau mengerti?!"
Telepon dari Palmer yang bertubi-tubi membuat Ky menyerah dan terpaksa mengangkat teleponnya dari ponsel yang baru dibelinya itu.

"Saya mengerti Lucy. Tapi jika kau kembali bekerja di Dillons company, Tuan Reyner akan menaiki uang gajimu menjadi 3 kali lipat lebih tinggi. Apakah anda yakin akan menolak kesempatan ini??"
Jelas Palmer.

"Sial! gajiku akan ditambah menjadi 3 kali lipat? Apa aku harus kembali bekerja disana lagi?" batin Ky menggebu-gebu.

"Bagaimana Ms.Lucianne? Apakah anda bersedia untuk bekerja lagi di Dillons company? Tuan Reyner dengan senang hati menunggu anda untuk kembali," ucap Palmer dengan tenangnya.

"Jadi, Berapa total gajiku dalam sebulan?" tanya Ky di sela teleponnya.

"Gajimu akan ditambah 3 kali lipat, berarti totalnya semua menjadi 35 juta dalam sebulan. Itu bukanlah jumlah yang sedikit, Lucy. Kuharap anda akan mempertimbangkannya dengan baik," ucap Palmer.

"Kenapa kalian begitu menginginkan aku kembali bekerja di sana? Apa yang kalian mau dariku?"

"Kami tidak menginginkan apapun darimu, Lucianne. Hanya saja tuan Reyner sangat menyukai cara kerjamu dalam mengelola uang di perusahaan ini. Selama anda bekerja 5 tahun disini, tidak pernah lagi terjadi tombok-menomboki uang ataupun pengurangan uang di perusahaan ini."
Jelas Palmer berbohong.

"Hm, baiklah, aku akan kembali ke sana. Tapi dengan satu syarat."
Ucap Ky.

"Syarat apakah itu, Ms.Lucianne?"

"Saya ingin ruangan saya diganti menjadi ruangan pribadi dan dilengkapi oleh fasilitas-fasilitas bagus," jelas Ky.

"Tapi apakah penambahan gajimu 3 kali lipat masih tidak cukup untukmu, Lucy? Syaratmu kupikir cukup berlebihan untuk seorang administrator dan saya tidak tahu apakah tuan Reyner akan menyetujuinya," balas Palmer.

"Oh baiklah aku tidak jadi bekerja di sana kalau begiru. Aku akan mencari tempat perusahaan yang lebih bagus daripada perusahaan Dillons itu. Akan kututup teleponnya ya!" ucap Ky sengaja mengancamnya.

"Oh maafkan saya. Saya akan bicarakan ini segera kepada Tuan Reyner. Mohon jangan bekerja di perusahaan lain dulu, Lucy. Saya yakin anda akan mendapatkan ruangan sesuai dengan keinginan anda," balas Palmer.

"Hm, baiklah. Kapan saya bisa bekerja lagi, Palmer?"

"Lusa anda sudah bisa kembali bekerja. Tapi sebelumnya, anda akan dipanggil ke ruangan tuan Reyner, ada hal yang ingin dibicarakan denganmu," kata Palmer.

"Oh oke. Aku akan datang lusa pagi.Ingat Palmer, sampaikan syaratku ke Pak Reyner segera. Atau tidak, saya tidak akan kembali bekerja di Dillons company itu," ucap Ky.

"Baiklah. Akan saya sampaikan ke Tuan Reyner nanti."

"Bagus."
Ucap Ky di ujung teleponnya dan langsung mematikan ponselnya.

****

Ky meneguk kopi Mocha kesukaannya dan menghela nafasnya pelan. Ia masih terngiang-ngiang dengan tawaran Palmer itu.

Ky tahu jika ia tetap meneruskan pekerjaannya itu, cepat atau lambat ia akan segera mendapatkan masalah besar.

"Kau sudah menunggu lama?" ucap seorang pria yang baru saja datang dan menghampiri Ky di salah satu meja cafe tersebut.

"Ah, tidak juga. Aku juga baru saja sampai," ucap Ky selembut mungkin.

"Ada apa kau menyuruhku ke sini, nona? Apa pertemuan kemarin tidaklah cukup untukmu? Atau kau ingin menyuruhku membayar kopimu lagi?"
Ucap pria itu duduk dengan tatapan sedikit mengejek.

"Terserah kau mau bilang apa. Aku menyuruhmu kesini untuk mengembalikan uang yang kau beri kemarin. Aku sudah membeli ponsel yang baru," jawab Ky berusaha tenang.

"Oh, kukira kau telah menghabiskan sisa kembaliannya untuk membeli barang-barang yang lain. Sepertinya kau adalah wanita yang tepat janji." uacap pria itu.

"Aku bukanlah wanita yang dengan seenaknya menggunakan uang orang untuk berfoya-foya lalu tidak bertanggung jawab atas hal itu. Jika kau berpikir aku wanita yang mengambil duitmu lalu pergi begitu saja, kau salah Mr.Linford. Aku sama sekali tidak membutuhkan uangmu yang tak seberapa itu."
Ucap Ky tegas dan langsung menyerahkan sisa uang kembaliannya itu.

"Dan ini, aku kembalikan sisa uangmu dan kartu namamu. Sebenarnya aku tidak tahu cara memanggil namamu seperti apa. Aku hanya membacanya lewat kartu namamu yang bertulis 'Linford R'." jelas Ky.

"Dan kalau boleh tahu, apa nama kepanjanganmu? Mungkin saja akan terdengar lebih akrab dibanding aku memanggil nama Linford? Itu terdengar sangat kaku."
Tanya Ky sedikit ragu dan tetap berusaha untuk akrab.

"Aku tidak mengenalmu, nona. Kau tidak perlu berlagak sok akrab dengan ingin menyebut nama belakangku ataupun nama depanku. Setelah apa yang terjadi kemarin, kau meneriakiku dengan kata-kata tajammu itu, kupikir kau adalah wanita yang tidak mempunyai cukup etika," balas pria itu dengan tajam.

"Ya, aku tidak mempunyai cukup etika untuk orang yang menabrakku dan seenaknya pergi tanpa berkata apa-apa. Apa kau pikir kau juga mempunyai cukup etika, Mr.Linford?"

"Aku tidak merasa aku menabrakmu, nona. Aku hanya melanjutkan kegiatan lariku setiap pagi dan kau yang tiba-tiba datang meneriakiku dan menyuruhku untuk mengganti ponselmu yang rusak."
Ucap pria itu dengan nada tenang.

"Terdengar seperti alasan klasik."
Balas Ky tak mau kalah.

"Terserahmu. Kau sudah puas kan setelah membeli ponsel barumu itu?"
Ucap pria itu dengan suara tenangnya.

"Ya saya sangat puas sekaligus bahagia, Mr.Linford. Dan kebahagiaanku ini akan segera rusak jika saya terus berlama-lama disini dengan melihat muka anda. "
Ucap Ky kesal dan langsung memanggil salah satu waiter untuk membayar kopinya.

"Pesanan anda saya ulang, kopi Mochanya 2, Satu dibungkus dan satunya minum disini. Jadi totalnya 20 dollar."
Ucap pelayan itu dengan berbahasa Inggris dan memberikan kopi mocha yang dibungkus.

"Sial! dimana dompetku? Jangan bilang ketinggalan di apartemen? Atau ketinggalan di tas ku yang satu lagi? Shit, ini memalukan!"
Pikiran Ky kini mulai bekerja keras memikirkan cara untuk membayar kopinya.

"ehm, sepertinya dompet saya ketinggalan di apartemen. Saya akan kembali kesini lagi dan membayarnya."
Ucap Ky setenang mungkin yang tetap mencari dompetnya di dalam tas selempangnya.

"Maaf, tapi itu hanya berlaku untuk pemesanan yang dibungkus. Sedangkan anda tadi memesan 1 Kopi Mocha untuk diminum disini. Jadi anda harus melunasinya sekarang, bu," ucap pelayan itu dengan sopan.

"Berapa harga kopinya?" tanya pria itu.

"Totalnya 20 dollar, Pak."

"Ini uangnya. Ambil saja kembaliannya." ucapnya dan segera membayar kopi Mocha yang dipesan oleh Ky kepada pelayan itu.

"Sepertinya dugaanku benar. Kau menyuruhku kesini untuk membayar kopi-kopimu itu," ucap pria itu dengan senyum miringnya.

"Kalau kau tidak tahu apa-apa lebih baik jangan sok tau. Karena dompetku memang benar-benar ketinggalan. Kalau kau mau aku akan membayarmu 2 kali lipat lebih mahal dari kopi ini," balas Ky dengan begitu malu bercampur kesal.

"Kau tidak perlu mengembalikan uang kopimu kali ini. Anggap saja ini juga permohonan maafku karena dengan tidak sadar menabrakmu di jalanan kemarin."
Ucap pria itu dengan tenang.

"Hariku benar-benar sial sejak bertemu denganmu, Mr.Linford"
Gumam Ky.

"Akan lebih sial jika aku tidak datang hari ini dan tidak ada orang yang membayar kopi-kopimu itu bukan, Ms... Kyandra?"
Balas pria itu mendominasi dengan berusaha membaca tulisan nama Ky yang tertera di Coffee Cup nya itu.

"You asshole"

"yah, your asshole life saver "

Rooted in MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang