7. TUJUH

176 88 24
                                    

"Sial, dimana dompetku? Seingatku terakhir kali aku menaruhnya di...
SHIT! Sepertinya aku menjatuhkannya ketika ditabrak oleh hulkieman itu saat lagi jogging di Glendale! Ah bagaimana ini?"
Ucap Ky sadar setelah mencari-cari dompetnya yang hilang di seluruh isi ruangan apartemennya.

"Apa benar Hulkieman itu yang mencurinya? Hanya dia yang menabrakku saat itu. Biar kuhubungi manusia itu!"
Ucap Ky kepada diri sendiri dan segera mencari nomor pria yang pernah dihubunginya itu di handphonenya.

"Halo?"
Jawab pria itu dengan suara khasnya yang berat setelah beberapa detik terhubung ke ponselnya.

"Hey, Hulkieman! "

"Kau lagi.. Ada apa?"

"Kau yang mengambil dompetku ketika kau menabrakku beberapa hari yang lalu, kan?!"
Jawab Ky mendominasi.

"Kali ini apa lagi? Tidak cukup kah aku yang membayari ponsel barumu dan 2 kopi mochamu itu?"
Terdengar suara pria itu yang mulai kesal.

"Dompetku hilang dan pasti kau yang mengambilnya, hulkieman! Cepat jawab dengan jujur dimana dompetku sekarang!"

"I've told you. Aku sudah memiliki begitu banyak uang dan aku sama sekali tidak membutuhkan uangmu yang tak seberapa itu."
Balas pria itu membalikkan ucapan yang pernah dikatakan Ky kepadanya pada waktu silam.

"Jangan banyak alasan, Mr.Linford. Aku bisa melihatnya dari pupil matamu yang membesar bahwa kau sekarang sedang berbohong."
Balas Ky dengar penuh percaya diri.

"Bagaimana caramu melihat mataku? Kita sedang di telepon, nona."

"Jangan banyak bicara kau! Aku bisa menghubungi pengacaraku untuk kasus ini."
Balas Ky merutuki kebodohannya yang ketahuan bohong dan segera mengalihkan pembicaraan sebelum dicaci oleh pria itu.

"Hei nona, dengar. Pertama, buat apa aku dengan bodohnya menyembunyikan dompetmu ketika berurusan denganmu saja aku bisa cepat mati? Kedua, kemarin kau sudah menuduhku yang menabrakmu, kau juga sudah menuduhku yang menjatuhkan ponselmu, dan sekarang? Kau menuduhku lagi yang mencuri dompetmu? What fucking shit are you talking about, Ms.Kyandra? I can never understand you. Bilang saja kau membutuhkan uangku, kan? Sudah banyak perempuan lain yang memakai cara sepertimu. It's too old.
And last, jika kau seperti ini terus, aku yang akan melaporkanmu ke pihak polisi, nona."
Ucap pria itu yang kini terdengar serius.

"Apa kau bilang? La la la... Aku tidak mendengarmu la la la... Pokoknya kau harus mengembalikan dompetku bagaimanapun juga. Karena tidak ada orang lain selain kau yang menabrakku pada saat itu. Kita akan bertemu jam 6 sore di Griffith park. Dan jangan lupa membawa dompetku yang kau curi itu. NO EXCUSE!"
Balas Ky dengan suara menantang dan langsung mematikan ponselnya tanpa mau mendengar balasan dari pria tersebut.

"Damn you"

*****

"Tuan Reyner sepertinya sudah menunggumu di ruangannya. Kuharap kau bisa menjaga sikapmu, Lucy. Dia adalah pemilik perusahaan ini."
Ucap Palmer pada Ky yang kini sedang berjalan menuju ruangan Reyner.

"Kau sudah mengatakannya beribu-ribu kali, Palmer. Aku sudah bosan. Dan jangan terus-terusan mengulanginya, aku tidak tuli."
Balas Ky dengan sikap juteknya dan kini sudah berhenti di depan pintu ruangan bosnya itu.

Tanpa menghiraukan ucapan Ky tadi, Palmer langsung mengetuk pintu ruangan Reyner yang dibaluti dengan warna coklat gelap tersebut.

"Permisi tuan Reyner? Apakah kita sudah bisa masuk?"
Ucap Palmer ketika masih tidak mendapat balasan dari bosnya itu.

"Sepertinya bosmu itu sedang tidak berada di kantornya, Palmer. Ah capek-capekin saja."
Dengus Ky kesal

"Bosku bosmu juga, Lucy. Bersikaplah sedikit lebih sopan."

"Kenapa sedikit? Akan lebih bagus jika banyak, bukan?"

"Terserah kau. Aku bisa gila jika terus-terusan berbicara denganmu. Untung saja Reyner masih mau menyuruhmu kembali kesini."

"Kau yang mulai mengajakku berbicara, Palmer. Dan bukan aku menyuruhnya untuk menerimaku kembali bekerja disini. Jadi jangan mengira kalau aku yang memohon kepadanya agar aku bisa kembali bekerja di perusahaan jelek ini."
Balas Ky dengan lagak sinisnya.

"Perusahaan jelek?"
Ucap seseorang wanita yang kini sudah berdiri di belakang mereka.

"Hm..e.. Maaf Bu. Tadi.. tadi Lucy bilang kalau perusahaan-perusahaan di negara lain sangatlah jelek. Dia bilang hanya perusahaan inilah yang paling bagus sedunia.."
Ucap Palmer bohong berusaha menutupi apa yang dibilang Ky agar Jeann tidak melaporkan kepada bosnya itu.

"Apa? Hey Palmer kau jangan mengarang ceri....."

"Maaf, Bu, bisa kita mulai saja pembahasannya dengan Tuan Reyner? Kebetulan sekarang sudah jam 8.. Lebih cepat lebih baik."
Potong Palmer agar Ky tidak melanjuti pembicaraannya.

"Tadi Reyner menyampaikan pesan kalau dia tidak bisa menemui kalian hari ini karena ada halangan. Jadi aku yang menggantikannya untuk sementara waktu."
Ucap Jeann Linford dengan sikap tenangnya.

"Wew sampai kaki gue ngesplit di dinding juga kayaknya masih berdiri terus yah disini. "
Ucap Ky di sela-sela pembicaraan karena merasa lelah berdiri terus dengan menggunakan high-heels merahnya.

"Apa yang kau bicarakan Lucy?! Sopanlah sedikit! Dia juga atasanmu!"
Bisik Palmer pelan memperingatkan sikap Ky yang tidak sopan kepada atasannya itu.

"Come in"
Ucap Jeann singkat dan langsung memasuki ruangan adiknya itu tanpa menunggu mereka berdua.

"I don't fucking care kalau dia pemilik dunia ini sekalipun."
Gumam Ky sinis.

*****

"Sini kasih ke gue. Biar gue yang balikin ke dia nanti. Lagian juga uda lama gue ga ketemu nih orang. Banyak yang mau gue bicarain."
Ucap seorang wanita yang tengah menikmati es-krimnya sambil memegangi salah satu foto perempuan ditangan kirinya.

"Selo aja kali ngomongnya. Sinis amat lu."
Jawab seorang pria yang sedang duduk berhadapan dengannya.

"Emm, enak banget nih eskrim. Lo tau aja cafe yang bagus di LA. Haha"
Ucap wanita itu sambil terus menikmati es-krim vanilla nya itu.

"Lo aja kali yang lagi kelaperan."
Balas pria itu terkekeh pelan.

"Eh btw kalo uda ketemu tuh cewe, jangan lupa kenalin ke gue ya. Siapa tau cocok sama gue, hahaha.."
Ucap pria itu lalu menyeruputi Latte panas pesanannya.

"Lo jangan mau tertipu sama fotonya, Hen. Dia ga sebaik ya lo kira."
Ucap wanita itu memperingati temannya.

"Sedendam apa si lo sama dia? Serasa kayak jahat banget dianya, yaelah.."

"Pokoknya dengerin aja apa kata gue. Jangan mau sama nih cewe. Busuk tau ga."
Ucap wanita itu sambil menunjuki foto perempuan yang tengah dibicarakan mereka.

"Lo jadi buat gue makin penasaran sama tuh cewe, dodol"
Jawab pria itu yang kini semakin penasaran seperti apa perempuan yang dimaksud oleh temannya itu.

"Lo bakal nyesal kalo uda kenal dia."
Ucap wanita itu dengan tajam sambil memasukkan kembali foto tersebut kedalam dompet kulit berwarna magenta.

"Hm, let us see."

Rooted in MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang