14. EMPAT BELAS

99 21 13
                                    


"Pergi kau bersama wanita jalang itu! Aku sudah tidak ingin melihatmu, kau tahu?!"

"..."

"Jangan pernah datang di hadapanku lagi! Dasar brengsek!"

"..."

"Ya benar! Hati memang tidak memiliki mata, tapi setidaknya hatiku ini tidak buta dalam hal memilih cinta!"

"Wait..wait.. Cy. Bagaimana hatimu bisa memilih cinta yang tulus kalau memang hatimu tidak memiliki mata? I think that's not true, Lucy. Hati itu buta. "
Ujar Palmer di sela-sela latihan acting Ky.

"Tidak, Palmer! Hati itu tidak buta. Cinta yang membutakan hati"

" Kalau kau tidak duluan memulai untuk membukakan hatimu, cinta itu tidak akan datang. So, hati yang buta."
Ucap Palmer yakin dengan statementnya.

"Tidak. Hati tidak akan bisa buta kalau tidak merasakan cinta. Cinta yang membutakan seluruhnya maka itu pintu hati seseorang dapat terbuka"

"Tapi, Lucy, Kalau kau tidak memulainya dengan hatimu yang buta, kau tidak akan merasakan apa itu cinta."

"Tapi kalau kau juga tidak memulainya dengan rasa cintamu yang buta, pintu hatimu juga tidak akan bisa terbuka, Palmer.
Balas Ky yang tak mau kalah.

"Otak kalian yang buta, kalian tahu?"
Ucap seseorang yang sedang bersandar di depan pintu ruangan Palmer.

"Ehm.. Selamat siang, Tuan Reyner."
Ucap Palmer menunduk sopan sedangkan Ky hanya berdiri malas dan melipat kedua tangannya di dada.

"Semua itu tidak akan kalian rasakan kalau kalian tidak memulainya dengan otak kalian yang bodoh. Mengerti?"
Ucap Reyner sambil berjalan ke arah mereka berdua.

"Aku mencintai istri dan anakku. Apa itu artinya otakku bodoh?"
Tanya Palmer penasaran.

"Kau benar-benar bodoh, Palmer."
Gerutu Ky kepadanya.

"Palmer, bisa tolong kasih tau wanita di sebelahmu, aku ingin berbicara dengannya berdua. Tolong menyuruhnya untuk ke ruanganku 15 menit lagi."

Palmer mengerutkan dahinya ketika mendengar perintah bosnya itu, lantaran wanita yang dimaksud bosnya tersebut hanya beberapa jarak saja dari keduanya.

"Oh Palmer. Tolong beritahu kepada bos tololmu itu, aku tidak akan datang keruangannya. Kalau mau, suruh saja bos gilamu yang datang ke ruanganku. Bye."
Ucap Ky ketus dan langsung pergi.

"E..ehm.. Tuan.. Maafkan sikap asisten saya itu. Kelakuannya memang seperti itu dari awal ia bekerja di sini."

"It's okay. Kalau kau ada waktu, tolong sampaikan pesanku kepadanya. Bos tololnya ini lebih menyukai bra merahnya kemarin daripada bra ungunya yang ia pakai sekarang. Terlihat seperti janda."
Ucap Reyner dengan senyum miringnya lalu pergi meninggalkan ruangan Palmer.

"Apa?! Bra merah yang kemarin? Apa maksud dia? Apa artinya mereka sudah...?"
Ucap Palmer kaget dengan ucapan bosnya barusan. "Seriously? Sex?"

***

Beberapa menit setelah Reyner keluar dari ruangan Palmer, Reyner langsung menuju ruangan Ky dan membuka pintu ruangannya dengan begitu keras dan terburu-buru.

"Tidak bisa lebih santai ya? Aku tidak melihat ada 5 ekor singa yang sedang mengejarmu."

"Aku sudah mengalah untuk akhirnya pergi ke ruanganmu."
Ucap Reyner tidak senang.

"Apa ada hal yang sangat penting untuk dibicarakan?"
Ucap Ky sibuk mengetik sesuatu di laptopnya tanpa menatap Reyner.

"I don't think so"
Ucap Reyner membanting pintu dengan kuat dan langsung duduk di kursi depan meja kerja Ky.

Rooted in MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang