Tiga (CVA's Story)

280 19 0
                                    

"Ada perasaan sakit yang tak bisa aku ungkapkan padamu. Yaitu ketika melihatmu bersamanya."

****

Rehan mengantar Cindai pulang hari ini. Karena ternyata Bagas pulang bersama Agnes. Ah menyakitkan rasanya, mereka berdua belum pacaran saja sakitnya seperti ini apalagi kalau sudah? Sakitnya banget kali ya.

Cindai hanya terdiam menatap kaca jendela mobil seraya merenung. Jalanan Jakarta memang macet sore ini, wajar saja jam pulang kantor. Rehan menoleh kearah Cindai yang masih murung, tak tega sebenarnya Rehan melihat Cindai seperti ini terus, tapi apa boleh buat?

"Masa ya, kemarin gue jatoh dari tangga terus sambil gaya-gaya gitu. Kata Ibu gue 'kamu tuh ya' pake logat Jawanya gitu" curhat Rehan berusaha menghibur Cindai.

Gadis itu mulai tertawa karena cerita Rehan barusan, Rehan menghela nafasnya lega.

Hening.

"Masa ya, kemarin gue jatoh dari tangga terus sambil gaya-gaya gitu. Kata Ibu gue 'kamu tuh ya' pake logat Jawanya gitu" curhatnya lagi tapi dengan ucapan yang sama dengan sebelumnya.

Dan Cindai juga tertawa dan sesekali memukul bahu Rehan pelan.

Lalu hening kembali.

Ketika Rehan menceritakannya lagi, Cindai diam dan tak tertawa. Karena menurutnya sudah tidak lucu lagi. Lalu, Rehan tersenyum manis.

"Ketika gue beri lawakan yang sama lo berenti tertawa karna udah gak lucu lagi, kenapa lo masih nangis dengan masalah yang sama?"

Ucapan Rehan barusan menohok sekali dihatinya.

"Apa karena susah dilupain?"

Cindai mengiyakan ucapan Rehan didalam hatinya.

"Karena lo yang terlalu mikirin."

Mata Cindai mulai berkaca-kaca.

"Stoped to crying her. I'm tired for looking you always crying." ucap Rehan final.

Cindai menghela nafasnya kasar dan mengusap-usap matanya. Dirinya tak boleh lemah. Cindai harus kuat.

15 menit kemudian, mobil Rehan berhenti didepan gerbang rumah bertingkat dua yang sederhana. Cindai turun dari mobil Rehan lalu Rehan membuka kaca mobilnya untuk melihat senyuman manis gadis itu.

Cindai melemparkan senyuman manisnya, "Mau mampir gak, Han?" tawar Cindai.

"Mau langsung balik. Titip salam buat si bocah gendeng Cio."

"Siap."

"Gue balik. Jangan lupa segalanya."

Cindai mulai memasang tampang sebalnya, Rehan menyengir lalu melajukan mobilnya meninggalkan kediaman rumah Cindai. Lalu Cindai masuk kedalam rumahnya untuk melepas penat seharian harus berkutat dengan soal.

Cio--adik lelaki Cindai yang duduk dibangku SMA kelas 10 ini pun menghampiri Cindai dengan kertas yang dia genggam.

"Napa dah?" tanya Cindai.

FRIENDZONE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang