Sembilanbelas (CVA's Story)

213 15 0
                                    

"Punya masa lalu yang buruk sama seseorang gak selalu ngebikin kamu selalu benci diakan? Belajarlah memaafkan agar dirimu lebih dewasa."
- Destya

****

Hari ini Cindai libur selama 2 hari, karena sudah menyelesaikan TO keduanya. Biasanya sekolah pasti takkan memberi libur sebelum Ujian Nasional, tapi sekarang diberi libur, murid kelas 12 SMA Angkasa mungkin harus membuat syukuran untuk liburnya mereka kali ini.

Cindai menikmati alunan musik Korea Ballad dengan earphone-nya diponsel dengan ditemani segelas jus alpukat bercampur dengan susu cokelat ditaman belakang rumah, rasanya sangat santai dan lega karena si kembar masuk sekolah, Papa kerja dan Mama pergi arisan. Homealone yang menyenangkan sekali baginya.

Saat sedang enak-enaknya memejamkan mata, ponselnya bergetar hebat yang membuatnya terkejut, ia memaki dalam hati lalu melihat ponselnya.

Bagas's Calling

Bagas lagi..

"Oit."

"Gue masuk ya, Cin."

Mata Cindai membulat saat Bagas bicara seperti itu didalam telepon, berarti saat ini Bagas berada dirumahnya? Disaat rumah sepi? Oh tidak anak itu memang menyebalkan.

"Lo dirumah gue?!

"Iya"

Suara telepon dan suara bariton khas yang sangat ia kenali terdengar ditelinganya. Cindai menoleh kearah pintu masuk menuju rumahnya sudah ada Bagas yang melambaikan tangan padanya seraya tersenyum manis, Cindai menurunkan ponselnya seraya melambaikan tangannya juga pada cowok itu.

Bagas menghampiri Cindai yang masih menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Bagas menyentil dahi Cindai yang membuat Cindai tersentak dan memukul bahu Bagas pelan, mereka berdua sama-sama tertawa dalam kegaringan itu.

"Sepi rumah lo, tumben" komentar Bagas.

"Kembar sekolah, Papa kerja, Mama arisan," jelas Cindai lalu duduk dikursi santainya.

"Wah kesempatan." celetuk Bagas yang membuat Cindai menoleh dengan cepat.

"Maksud lo apa?"

"Berduaan sama lo, lah."

"Ish mauan,"

"Maunya gue emang gitu."

"Bagaasss..."

Bagas tertawa kecil melihat Cindai sudah merengek seperti itu. Gemas sekali, minta dikawinin rasanya.

"Cin" panggil Bagas, Cindai hanya berdeham. "Berdiri didepan gue cepet"

Dengan rasa malas Cindai pun berdiri didepan Bagas lalu matanya terbelalak dan tubuhnya menegang saat Bagas tiba-tiba memeluknya sangat-sangat erat. Kepala Cindai bersandar didada bidang Bagas, ia lalu membalas pelukan Bagas dengan erat juga.

Rasanya nyaman sekali dipeluk Bagas seperti ini, tak ingin ia lepas, ia ingin bersama Bagas, ingin selalu dipeluk seperti ini. Tapi, ia tak mau terlena dengan Bagas, tapi ia ingin merasakan hangatnya Bagas memeluknya, sekali saja.

FRIENDZONE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang