"Walaupun kehilangan itu sakit, kamu harus bisa menjalani semuanya dengan tabah."
- Destya****
Cuaca hari ini mendung. Lalu hujan rintik-rintik pun turun secara perlahan. Bumi turut bersedih atas berpulangnya Nela--Mama Mela yang kemarin menghembuskan nafas terakhirnya setelah satu minggu dalam kondisi koma.
Mela terdiam, menatap kayu nisan yang atas namakan Nela Putri Wulandari, Mama Mela.
Para sahabat masih berada dipusara makam Mama Mela, sedangkan masing-masing orangtua sudah pulang. Tetapi Mela masih ingin berada dimakam Mamanya, ingin ikut dengan Mamanya. Mela sedih, ingin menangis namun airmatanya sudah sangat kering.
Hujan sudah turun dengan derasnya, Cio memayungi Mela yang masih enggan pergi ketika tau hujan datang. Cindai sepayung berdua dengan Cindy, Destya dengan Nabila dan Bagas dengan Rehan, menatap Mela dengan tatapan sendu.
"Kak Ratu, ayo pulang." ajak Cio dengan nada dingin seraya menyentuh pundak Mela.
Mela terdiam, menggubris ucapan adiknya Cindai yang memang sangat dingin itu. Ia malas berbicara ataupun bangkit dari tempatnya berada. Mela ingin Mamanya sekarang.
"Mela..." panggil Nabila lirih, airmatanya sudah keluar.
"Dulu Raja, sekarang Mama. Gue kapan?"
"Apaan sih, Mel!" bentak Destya karena ucapan ngawur Mela barusan.
"Kenapa Tuhan rebut kedua orang yang sangat berarti dihidup guee?! KENAPAAAA?!" teriak Mela dengan tangisnya yang pecah.
Destya langsung membuang payung yang ia pegang, serempak Destya, Nabila dan Cindai langsung memeluk Mela yang kini sudah menangis terjerit-jerit. Masih belum bisa menerima kepergian Mama-nya yang dibilang mendadak.
Mereka berempat menangis, dibawah derasnya hujan yang turun hari ini. Rupanya langit juga ikut menangis hari ini.
****
Cindai turun dari kamarnya menuju dapur, melewati kamar Cio dan melihat para lelaki tidur dikamar Cio dengan pintu yang terbuka. Cindai mengintip dari dalam, ia melihat Bagas tidur dengan nyenyaknya.
Hatinya kembali berdesir hebat, Bagas tampan ketika tengah tertidur. Membuat Cindai semakin terpesona pada cowok yang ia taksir sejak lama.
Dirinya ingin sekali berlari kearah Bagas dan memeluk cowok itu erat agar tidak pergi darinya. Logikanya begitu kuat sehingga hatinya pun kalah. Hati dan logikanya tak pernah berkawan baik.
Karena dirinya haus, Cindai turun kebawah untuk mengambil air minum. Tumben juga ia akan kehausan saat tertidur, apa karena kecapekan? Entahlah, sekarang dirinya haus dan ingin minum.
Setelah satu gelas air minum sudah ia teguk, ia berniat menuju kamarnya untuk melanjutkan tidurnya karena sekarang masih menunjukan pukul 1 malam. Namun matanya menemukan sosok Bagas yang tengah berdiri dipintu dapur dengan senyuman manisnya, lalu menghampiri Cindai yang masih mematung. Perasaan tadi dirinya melihat Bagas masih tidur dengan nyenyaknya, tapi sekarang bangun.
"Hai," sapa Bagas lembut.
"Ha-hai juga," balas Cindai gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [Complete]
Teen Fiction[Judul sebelumnya CVA's Story] Tentang pengakhiran hati, Cindai memilih mengakhiri penantiannya dan Bagas mengakhiri rasa gengsinya yang justru membuatnya terlambat untuk menggapai perempuan itu. ㅡㅡㅡㅡㅡ Don't Judge Story or Title it's a Cover Vomment...