"Mencintaimu itu ibaratkan bermain dibawah hujan. Saat itu aku bahagia namun kemudian aku sakit."
****
"Hhh masih aja bosen gue ngeliatnya."
Cindai menoleh kesumber suara. Bukan Rehan. Tapi Bima. Ya Bima itu teman SMP Cindai yang sangat jarang Cindai temui karena Bima itu pesantren.
Bima menghampiri Cindai seraya membawa payung dan memayungi Cindai yang masih menangis.
"Apa kabar? Masih inget gue kan?" tanya Bima dengan senyuman manisnya.
"Bima.." lirih Cindai. "Lo kapan dateng ke Jakarta?"
Bima menggandeng tangan Cindai. "Masih ada waktu seminggu buat kita obrol bareng. Ini bukan saatnya karena badan lo basah. Nanti sakit."
Cindai tersenyum, lalu mereka berdua berjalan seiringan seraya bergandengan tangan.
Cindai dan Bima berteman karena mereka pernah berkelahi disemasa mereka duduk dibangku kelas 8 SMP. Bima tak suka jika Cindai duduk dibangku kantin pojok yang biasanya jadi tempat duduk dirinya seorang diri, lalu Cindai memutuskan untuk mengajak Bima berkelahi, jika Cindai kalah Cindai akan pergi mencari bangku lain, sedangkan kalau Bima kalah Bima harus menjadi temannya. Dan akhirnya Bima kalah dan menjadi teman Cindai, walaupun awalnya Bima ogah-ogahan menganggap Cindai sebagai temannya namun seiring waktu berjalan Bima mulai suka berteman dengan Cindai dan selalu disangka berpacaran oleh teman-teman sebayanya termasuk Bagas.
Bima juga tau kalau Cindai menyukai Bagas dan saat Cindai menangis disitu selalu ada Bima yang senantiasa menemani Cindai disuatu kondisi apapun.
Hujan sudah berhenti, Cindai dan Bima juga sudah sampai didepan rumah Cindai. Gadis itu tampak lebih baikan ketika bertemu dengan kawan lamanya yang bisa ia temui hanya tiga bulan sekali.
"Pulang sekolah lo jam berapa?" tanya Bima seraya melipat payungnya.
"Jam 4. Kenapa?"
"Abis shalat Magrib kita jalan-jalan. Nanti gue izin sama nyokap bokap lo. Emangnya lo gak kangen sama gue apa."
Cindai tertawa kecil.
"Gue kangen sama lo, Bim. Lo makin subur badan. Makanan lo disono terjamin ya?"
"Badan gue bagus ya?"
"Bagus. Pertahanin ya. Jangan kayak dulu kurus kering kalo kena angin terbang."
Mereka berdua tertawa bersama malam itu, melepas rindu selama tiga bulan tak bertemu.
"Gue masuk ya." pamit Cindai. Bima mengangguk.
"Mandi ya. Nanti lo sakit."
"Iya, BimBim."
Cindai melemparkan senyum pada Bima dan masuk kedalam rumahnya. Sedangkan Bima masih mematung didepan gerbang rumah Cindai, lalu melangkahkan kakinya pergi menuju rumahnya yang tak jauh dari rumah Cindai.
Sekarang jam 10 malam. Mungkin Papa dan Mama sudah tertidur, Cio yang pastinya tengah berkencan manis dengan PC-nya bermain game sedangkan Cindy yang mungkin nonton drama Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [Complete]
Teen Fiction[Judul sebelumnya CVA's Story] Tentang pengakhiran hati, Cindai memilih mengakhiri penantiannya dan Bagas mengakhiri rasa gengsinya yang justru membuatnya terlambat untuk menggapai perempuan itu. ㅡㅡㅡㅡㅡ Don't Judge Story or Title it's a Cover Vomment...