"Aku mencintaimu sejak lama, tapi kenapa kamu tak pernah menyadari itu semua?"
****
Cindai duduk dimeja kantin paling pojok bersama teman-temannya yaitu Mela, Nabila, Destya dan Usro. Usro itu cowok, tapi lebih nyaman main sama cewek karena kalau sama cowok pasti dijadiin bahan bully-an terus.
Mata Cindai melihat Bagas yang tengah duduk berdua dengan Agnes disebrang sana, ya mereka sedang melakukan 'pendekatan'. Hati Cindai sebenarnya teriris karena melihat orang yang Cindai sayangi tengah duduk berdua dengan cewek lain.
"Sakit kan, lo?" cibir Nabila seraya meminum jus jeruknya.
"Emang bego sih kata gue mah si Bagas." ucap Usro.
"Bego nyia-nyiain cewek setulus Cindai gini." timpal Mela yang memakan makanannya ini.
Cindai melihat Agnes pamit pada Bagas dan langsung pergi dari hadapan Bagas, dan saat itu juga Bagas bangkit dari kursinya dan Cindai langsung mengalihkan pandangannya supaya Bagas tidak kegeeran nantinya.
"Cindai?"
Tubuh Cindai menegang saat mendengar suara bariton yang sangat dirinya hafal. Ya siapa lagi kalau bukan Bagas yang datang padanya dengan senyum sumringahnya. Cindai hanya menatap Bagas dengan senyuman tipis setipis kain kasa.
Teman-teman Cindai menatap malas Bagas dan melanjutkan kembali kegiatannya masing-masing. Teman-teman Cindai malas dengan Bagas karena cowok itu orangnya tidak peka-an, kasian Cindai harus menunggu 7 tahun lamanya.
"Kenapa?" tanya Cindai cuek.
"Ikut gue yuk bentar." ajak Bagas dengan cerianya.
Cindai menengok kearah teman-temannya, mereka hanya berisyarat 'terserah' pada Cindai. Karena kelamaan, Bagas langsung menarik tangan Cindai untuk menuju ketempat yang Bagas hendak kunjungi.
Kaki mereka sampai ditaman belakang sekolah. Banyak anak-anak yang tengah nongkrong ditaman belakang yang memang disediakan oleh pihak sekolah untuk sarana refreshing otak. Bagas melepaskan genggamannya ditangan Cindai dan mulai menatap gadis itu serius.
"Gue suka sama Agnes! Dia itu gimana sih dikelas?" tanya Bagas to the point yang sukses membuat hati Cindai saat itu juga patah.
Sakit, Gas.
Cindai bergeming.
"Ih Cindai!"
"Iya, apa?"
"Lo tuh ya kadang cuek kadang bawel. Moody banget."
"Agnes itu baik, pinter, cantik."
"Lo setuju gak kalo gue sama dia?"
Pertanyaan macam apa ini? Ya kagak lah bego orang gue suka sama lo. Dasar ga peka.
"Terserah lo aja." ucap Cindai berusaha menutupi bahwa dirinya 'baik-baik saja' setelah ucapan Bagas barusan.
"Maaf ya Cin kalo gue gak ada waktu buat nemenin lo." ucap Bagas melas.
"Gapapa."
"Yaudah. Gapapa juga kan kalo lo hari ini ngongkos?"
Anjir. Emang beneran gak peka ni orang. Minta ditonjok.
"Gapapa."
"Gue duluan. Dah Cindai!"
Satu sisi gue cinta dan satu sisi lagi gue kesel banget sama lo, Gas. Susah banget pekanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE [Complete]
Teen Fiction[Judul sebelumnya CVA's Story] Tentang pengakhiran hati, Cindai memilih mengakhiri penantiannya dan Bagas mengakhiri rasa gengsinya yang justru membuatnya terlambat untuk menggapai perempuan itu. ㅡㅡㅡㅡㅡ Don't Judge Story or Title it's a Cover Vomment...