Duapuluhtiga (CVA's Story)

175 12 0
                                    

"Akan ku lakukan apapun. Asalkan kau bahagia."
- Bagas

****

Ujian Nasional hari ini dilaksanakan. Semua anak kelas 12 menjalaninya dengan rasa was-was, termasuk Cindai yang bernotabene murid pandai. Hari pertama merupakan Bahasa Indonesia, lumayan tak susah-susah amat, itulah pikiran para anak kelas 12 hari ini.

Bagaimana tentang hubungan Cindai dan Bagas? Semenjak kejadian dirooftop rumah Cindai, kini mereka seperti orang yang sangat asing. Bagas lebih suka bermain dengan Galih dkk ketimbang dengan Cindai, Rehan dan Bima, dan juga jarang main kerumah Cindai. Cindai juga berusaha mendekati Bagas namun Bagas selalu menhindar darinya. Sesungguhnya, bukan ini yang diinginkannya. Walaupun tak bisa jadi kekasih, setidaknya menjadi kawan baik. Tapi, sepertinya Bagas sangat kecewa padanya karena sikapnya waktu itu.

Kini, Cindai melakukan kehidupan sehari-harinya tanpa senyuman Bagas, telepon Bagas, ucapan Bagas, tanpa itu. Cindai yakin akan ada hikmahnya dari kejadian yang ia alami dengan Bagas.

Ujian dihari pertama sudah dilakukan, Cindai keluar ruangan dengan senyuman yang lebar menatap Rehan sudah berada didepan ruangannya. Mereka berdua jalan bersama menuju parkiran, karena sudah diperbolehkan untuk pulang. Kali ini, Rehan akan belajar dirumah Cindai, kalau Mela, Nabila dan Destya akan menyusul nanti.

Mata Cindai melihat sesosok cowok yang sangat ia kenali tengah menggandeng tangan seorang cewek yang sangat cantik, ia menghela nafasnya.

Cepet banget, Gas. Cinta lo cuma bohongan.

Cindai menghiraukan Bagas dengan cewek barunya, mungkin, lalu masuk kedalam mobil Rehan yang disusul oleh Rehan. Seketika itu juga wajah Cindai langsung berubah menjadi datar, sebelumnya wajah perempuan itu sangat ceria, Rehan melihat Bagas tengah bersama Febby. Rehan berdecih membuat Cindai menoleh kearah Rehan yang menunjukan wajah meledek kearah Bagas dari dalam mobilnya.

"Doyan juga sama bekasan gue," gumam Rehan yang terdengar oleh Cindai.

"Itu Febby?" tanya Cindai.

Rehan mengangguk, "Iya. Pacaran 1 tahun yang lalu. Udah rusak gitu, gila belaian! Terpaksa gue ikutan ngerusak dia,"

"Rehan?!" pekik Cindai yang mendengar ucapan Rehan barusan. "Maksud lo apa?!" lanjutnya.

"Febby itu, maaf sebelumnya, udah rusak semenjak gue pacaran sama dia. Bukan gue yang ngerusak, dan gue baru tau pas gue main sama dia. Gue nyesel ngikut ngerusak dia, makanya gue putusin dia," jelas Rehan memandang kedepan.

"Kenapa lo main sama dia?!"

"Nafsu mah susah!"

"Itu namanya lo juga gak tanggung jawab!"

"Terus gue harus apa? Ngajak balikan? Biarin aja si Febby sama si Bagas, kenapa? Lo masih gak rela Bagas pacaran sama Febby?"

Mulut Cindai membungkam. Maksudnya disini bukan begitu, tapi sebagai laki-laki, Rehan harus bertanggung jawab ketika melakukan hal yang salah pada perempuan. Cindai hanya membela hak perempuan saja, bukannya tidak suka kalau Bagas pacaran dengan Febby.

"Walaupun Bagas udah ngejauh dari kita, gue tetep bakalan ngejaga dia dari main." ucap Rehan menyalakan mesin mobilnya lalu melajukan mobilnya. "Karna dia masih sahabat gue."

FRIENDZONE [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang