"Apa kau sungguh tak mengingat ku?." Ucap pria ini lagi. Bahkan aku juga tak tau siapa namanya.
"Huft... Berapa kalipun ku katakan, kau pasti tak akan percaya. Aku tidak mengingat mu sama sekali tuan." Ucapku. Dan memberi tekanan diakhir kalimat.
"Aku ini pangeran bebek mu. Apa kau sungguh lupa?." Katanya sambil mendekatkan kepalanya ke arah ku.
Aku hanya menghela nafas. Bagaimana Caraku dapat menikmati makanan didepan ku kalau dia terus saja seperti ini.
"Baiklah aku akan coba mengingatnya." Kataku berakting seolah seperti peramal."Ok.. Aku tidak mengingat mu. Kau tak pernah ada dalam kehidupan nyata ku. Apa kau puas sekarang. Aku butuh ruang untuk makan. Jadi menjauhlah." Kataku sambil mendorongnya.
Dia lalu beranjak dari tempat tidur yang ku tempati ini. Lalu berputar-putar diruangan ini.
Aku tak ambil pusing dengan itu. Jadi ku lanjutkan saja makan ku.
Kalian pasti tak akan percaya dengan apa yang sedang aku lakukan.
Saat ini aku duduk nyaman diatas tempat tidur yang besar. Berwarna putih. Disuguhkan pemandangan laut dari balik pintu kaca balkon itu.
Makan dengan alat makan yang sangat mewah. Pernah sih aku melihat alat makan serupa, tapi saat itu aku sedang berada dipelelangan alat dapur hasil rancangan pemahat terkenal asal Prancis, yang kisaran harga satuannya sekitar 533 milyar keatas.
Ditambah makanan yang aku makan. Sangat. Sangat. Luar biasa lezatnya.. Serasa aku telah berada Disurga, sambil menyantap makanan ini.
Aku makan sebuah sup. Yang pria ini bawakan. Juga jus jeruk. Yang katanya baru dipetik tadi.
"Apa aku tak merepotkan mu tuan?." Kataku. Masih menikmati makanan diatas meja unik didepan ku.
Perlahan aku melihat pada pria didepan ku. Dan sosoknya sudah tidak ada.
Dimana dia?
Aku berbalik ke kiri.
Kemudian kanan.
Cup.
Satu lagi tingkah gila pria ini.
Dia berani menciumku?!!
Ini sudah yang ke dua kalinya??!
"Kau gila ya?!." Bentakku sambil mengusap kasar bekas ciumanya dibibir ku.
"Kau tak perlu semarah itu. Aku hanya membersihkan cairan sup yang belepotan dibibir mu itu." Katanya dengan cuek.
Gila! Alasannya itu tidak masuk akal?!
Aku menghabiskan cepat Makananku.
Dan menatap kearahnya tajam.
"Pertama-tama. Aku ingin mengucapkan terima kasih Padamu."
Kataku. Tegas."Kedua. Maaf karena telah merepotkan dirimu dan keluargamu, karena kehadiran tiba-tiba ku ini."
Kataku lagi."Dan ketiga. Tolong jawab pertanyaanku ini, tanpa basa basi. Dimana ini?... Siapa namamu?.... Dan mengapa kau bersikap aneh pada ku?." Ucapku menantap iris coklat terang itu. Yang juga balas menatapku dengan pandangan yang sama.
Lama sekali dia menjawab!
"Bisa kau ulangi." Katanya. Dengan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Hah.. Baiklah. Pertama jawab dulu. Siapa namamu tuan?." Kataku.
"Kau sungguh tak tau aku?." Katanya yang terlihat syok. Entahlah atau mungkin dia sedang berpura-pura.
"Jawab saja." Kataku sambil mendorong meja makan didepan ku kesamping tempat tidur.
"Johnson Bennett Jefferson." Katanya.
"Dan mengapa kau memperlakukanku dengan aneh Johnson Bennett Jefferson?." Kataku.
Dia terlihat ingin menahan tawa. Lihat saja wajahnya yang memerah.
Aku sangat kesal dibuatnya. Kenapa lagi ia ini.
"Panggil saja aku Ben. Nama itu terlalu panjang jika kau gunakan." Katanya sambil tertawa lepas.
"Jawab saja." Kataku dingin. Dan geram.
"Ok.. Ok. Kau tak perlu semarah itu. Bukankah seharusnya kita saling berpelukan. Apa kau tak merindukan aku?." Kata Ben.
"Apa kau ingin ku pukul saja? Atau kau akan menjawab?." Kataku mengambil ancang-ancang ingin memukul.
Tentu saja itu cuma ancaman. Bagaimana bisa aku memukul jika kondisi badanku saja tidak stabil begini.
Tapi Ben malah percaya.
"T-tidak. Aku benar kan aku memperlakukan mu tidak aneh karena ini sudah sewajarnya. Sebagai pasang suami istri tentunya." Kata Ben dengan mata yang mengintimidasi ku. Dia terlihat serius.
Aku speechless dibuatnya. Apa Ben sedang bercanda?
Original Story By;
Sheriligo
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisa Arabella [Jefferson] ✔️
Random[COMPLETED] what that you think about distant past? Entahlah. Semuanya terjadi begitu saja. Dan aku tak tahu harus apa. Pujian-pujian itu membawa suka disekilingku, tapi malah berakhir menjadi sebuah duka kala itu. Terus seperti itu. Hingga aku ber...