Retisa POV
Rasanya ada banyak benda melengket dibadanku.
Aroma ini seperti tak asing lagi dengan ku. Ini aroma laut lepas, punggung ku tak lagi sesakit sebelum aku menutup mata. Rasanya aku berada diatas awan.
Nyaman. Dan lembut.
Seketika Retisa membelalakkan mata."kenapa aku ada disini? Apa aku sedang berada dirumah sakit.." Aku menyusuri setiap inci ruangan tempat aku sekarang."ini pasti bukan rumah sakit biasa. Disini bahkan ada banyak perabotan mewah dan.. Ah pemandangannya indah." Lihat saja balkon diluar sana, pemandangan laut lepasnya indah.
Ternyata bumi itu bulat yah.
Aku menatap badanku saat ini. Ternyata banyak alat yang dipasang pada tubuhku.
"Yah wajarlah. Aku Kan baru saja jatuh dari ketinggian yang, wow..." Aku hanya memakai handuk. {liat model handuk di mulmed atas}"Siapa yang melakukan semua ini? Dan... Ini sebenarnya dimana." Setelah kuingat-ingat. Sebelum aku pingsan, aku ada dipesisir laut dan itu mungkin baru tadi malam kejadiannya.
Aku tak dapat bergerak turun. Badanku terasa berat. Hanya sebatas duduk saja yang bisa ku lakukan.
"Hah... Sudahlah. Yang penting aku selamat. Tapi." Perlahan air mataku menetes. Mengingat kembali kejadian itu. Kejadian yang membuat seluruh keluarga Lion Air lenyap."apa seluruh orang-orang dipesawat itu juga selamat."
Aku menangis terseduh-sedu. Rasanya sangat menyedihkan. Hidupku pasti akan terus mengingat-ingat kenangan buruk itu.
Aku terus menangis. Rasanya dunia seakan terbalik. Mungkin sekarang handuk ku jadi basah karena air mata.
Seketika tanpa kuduga. Sebuah kehangatan menyelimuti ku.
Aku dipeluk?!!!!!
Oleh siapa?!
Aku mendorong keras siapapun yang memeluk ku saat ini.
Dan refleks iris mata abu-abu terangku bertemu dengan, iris mata coklat terang itu.
"Siapa kau?." Ucapku sambil menyelidik pria asing didepan ku.
Entah kenapa wajah itu membuatku De javu.
"Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang dimasa lalu mu." Katanya. Apa aku sedang bermimpi?Masa lalu apa yang sedang dibicarakan pria ini.
"Dimana ini?." Tanyakku masih menyelidik."Kediaman keluarga Jefferson." Katanya enteng. Masih menatap ku.
Aku heran apa yang ia amati dariku.
Lama kami saling tatap. Lalu aku kembali mengingat kejadian pilu itu.
Aku meneteskan mata ku, sambil menatap kosong kearahnya.
Tubuhku Limbung. Aku ingin lepas rasanya dari raga ini. Tak tau lagi aku harus bagaimana.
Dia menahan ku. Cepat sekali gerakannya itu.
Aku membelalakkan mata. Kaget akan posisi kami.
Dia menidurkan badanku. Masih dengan menatap mataku.
"Apa yang kau lihat? Apa kau sedang merencanakan sesuatu pada tubuhku. Menjauhlah." Ucapku tajam.
Dia terkesiap. Mungkin karena nada yang terdengar menuduh bahwa dia pria mesum.
"Tenanglah. Apa kau tak mau berterima kasih. Akulah orang yang menolongmu saat terdampar."
"Jadi apa mau mu?."
Dia mendekat. Jarak wajah ku dengannya makin menipis.
"Aku mau kita melakukan hal yang sama, seperti dulu." Ucapnya. Lalu menatap kebibirku.
Lalu dia mencium ku?!
Aku dicium?!
Tentu saja reaksiku. Langsung mendorongnya.
Dia hanya tersenyum puasa.
"Apa yang kau lakukan?!."
Wajahnya sangat tampan. Tapi itu tak bisa buat aku terlena dan membuatku merelakan ciuman pertama ku ini. Pada pria asing yang seperti pangeran dari negeri dongeng.
"Hanya memberi ucapan selamat datang. My Queen." Ucapnya.
"Hah?!"
Aku menatapnya datar. Tapi ia malah tersenyum menawan.
Apa Nasibku seburuk ini.
Original Story By;
Sheriligo
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisa Arabella [Jefferson] ✔️
Random[COMPLETED] what that you think about distant past? Entahlah. Semuanya terjadi begitu saja. Dan aku tak tahu harus apa. Pujian-pujian itu membawa suka disekilingku, tapi malah berakhir menjadi sebuah duka kala itu. Terus seperti itu. Hingga aku ber...