12 - Ben POV|Pesta Penyambutan

288 21 0
                                    

Dan,

Pemandangan yang indah telah terpampang didepan mataku.

Begitu indah, begitu menawan, begitu sulit dilupakan.

Sangat anggun. Seperti seorang ratu. My Queen.

"Hello...? Apa lo nggak dengar apa yang gue katakan?."kata wanita didepan ku. Dia melambai-lambaikan tanganya didepan wajahku. Mungkin dia ingin menyadarkan lamunan ku. Dan itu berhasil.

"Ah maaf. Apa yang kau katakan?."tanyakku padanya.

Di sungguh indah. Siapa sebenarnya wanita ini?

"Gue tadi minta maaf, karena gue agak lama dan pasti lo juga nunggunya lama didalam."katanya menjelaskan.

"Memangnya kenapa kamu lama? Apa sesusah itu yah Makai gaun? Sampai hampir lewat 25 menit."kata ku yang mencoba mengulur waktu. Agar bisa lama-lama menatap wajahnya.

"Lo tau kan. Cewek itu kalau lagi siap-siap bahkan makan waktu sampai berjam-jam, untung Aja gua cuman 25 menitan dari pada sejam." Katanya. Sambil memutar matanya.

"Kok bisa selama itu sih?" Tanyak ku lagi. Dengan modus yang sama.

Mungkin ini yang namanya cinta pada pandangan pertama.

"Ya elah. Perlu gue jelasin ya?"katanya dengan alis terangkat.

Aku mengangkat bahuku,"tentu saja." Kataku.

"Gini yah. Pertama gaunnya besar banget, susah.. Makainya gak bisa cepat-cepat. Kedua rambut gue kan basah, jadi perlu dikeringkan dulu. Ketiga gue pakai bedak sedikit, soalnya biar keliatan lebih Fresh. Udah gitu Aja." Katanya menjelaskan dengan sangat cepat.

Hahaha... Dia lucu juga.

"Ya sudah, pasti semua orang dibawah sudah menunggu."kataku. Dengan memberinya isyarat untuk bergandengan dengan ku.

Dan dia dengan santainya menerima gandengan tanganku. Tanpa pikir panjang.

Aneh. Dan itu bagus buatku juga.

Aku terus memperhatikan dirinya disampingku.

Rambut coklat terangnya, yang agak terlihat pirang bergelombang seperti ombak. Mata indah berwarna abu-abu. Alis yang agak tebal dan lurus. Rahang yang lembut berpadu dengan bibir merekahnya. Kulit yang putih bersih.

Semua yang ada pada diri wanita ini indah secara alami.

Sungguh keindahan yang tak ingin aku lepas. Aku harus mengikatnya dengan sebuah hubungan.

Mungkin keputusan ku. Yang berkata 'dia calon istriku' adalah tindakan yang tepat.

Aku memang tidak tahu menahu tentang asal usulnya. Tapi dapat terlihat jelas bahwa dia dari keluarga baik-baik. Walau cara bicaranya terbilang tidak sopan.

"Bisakah kau, menatap kedepan saja. Kita sudah jadi pusat perhatian sejak tadi." Katanya berubah sopan. Dan tersenyum kearah para tamu.

Aku langsung mengikuti apa yang ia katakan. Benar. Mereka sedang jadi pusat perhatian malam ini.

Jadi sikap harus terus terlihat sopan.

Perlahan namun pasti. Kami berjalan menuruni tangga.

Dan saat sudah ditengah tangga. Aku menghentikan Langkahku.

Wanita ini pun ikut melakukan hal yang sama.

Dia menatapku bingung.

Aku tersenyum. Lalu mengedarkan pandangan ku pada semua tamu penting yang telah hadir.

"Maaf atas keterlambatan kami. Dan juga terima kasih sudah datang dipesta penyambutan ini. Pesta penyabutan yang dibuat khusus untuk menyambut calon menantu keluarga kerajaan Jefferson. Dan juga sekaligus meresmikan pelantikan ku menjadi satu-satunya penerus asli keluarga kerajaan. Dengan ini silahkan kalian menikmati pesta penyambutan untuk saling mendekatkan diri sesama seluruh pemimpin-pemimpi kerajaan."
Kataku. Lalu mereka semua bertepuk tangan.

Dan aku menghela nafas dalam.

Ini adalah keputusan ku.

"Para pemimpin-pemimpin kerajaan. Aku mohon meminta waktu kalian semua, karena sebelum kita menikmati pestanya. Izinkan saya melakukan prosesi pernikahan kami." Ucapku. Yang disambut pelototan oleh wanita disampingku.

"Lo gila yah? Gue pikir kita cuma akting doang."katanya berbisik.

"Aku berubah Fikiran." Kataku yang ikut berbisik.

Dia ingin berbicara lagi. Tapi aku menutup mulutnya dengan sembuh ciuman.

"Pendeta silahkan dimulai." Kataku. Pada seorang kakek-kakek berbaju longgar itu. Sebut saja pendeta yang sengaja aku suruh datang tadi, tanpa pemberitahuan wanita didepan ku.

Pendeta itu mengeluarkan banyak sekali kalimat. Dan juga pertanyaan.

Aku tidak fokus dan hanya menjawab,"Ya."

Wanita di depanku hanya terus memelototi ku. Sedangkan aku memandangnya intens.

Setelah 50 menit lamanya.

Semua orang telah bersorak, dan itu menandakan kami sah menjadi suami-istri. Menurut aturan dikerajaan ku.

Aku menciumnya. Tapi ia tak membalas ciumanku sedikitpun.

Biarlah. Toh dia sekarang adalah istriku. Menantu kerajaan Jefferson.

Sekarang aku tak lagi hidup seorang diri. Tak lagi menikmati sendiri kekayaan ini. Tak lagi sendiri dalam keturunan Jefferson. Karena ia yang akan jadi ibu dari keturunan kerajaan ku kelak.

Original Story By;
Sheriligo

Retisa Arabella [Jefferson] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang