11 - Sebelum Pesta Penyambutan

283 18 0
                                    

"Aku baru tau. Ternyata dulu aku orangnya pecicilan yah?."tanyakku pada Ben. Yang sedang mengeringkan rambutku.

"Iyalah. Bahkan kamu itu terbilang tomboy, cara bicara saja pakai 'lo' dan 'gue'. Tapi tetep mempesona kok."kata Ben.

"Tapi sekarang aku sudah berubah kan. Sudah lebih sopan juga. Iya kan?."tanyakku. Lalu berbalik menatapnya.

"Tentu saja. Dan lebih anggun juga."katanya.

Dia kembali mengeringkan rambutku dengan handuk.

Katanya kalau pakai hair dryer nanti rambutku bisa rusak. Itu menurut Ben sih.

"Tapi kenapa aku tidak mengingat apa-apa yah. Bahkan nenek juga tidak mengatakan apa-apa."kataku kebingungan.

"Apa perlu aku ceritakan kejadian sebelum kamu pergi dari sisiku?."tanyaknya.

Aku membalikkan tubuhku dan mengatur posisi duduk ku menuju depan Ben.

"Ayo. Ceritakan."kataku mengenggam tangan Ben dengan wajah memohon.

Ben mencium dahiku lama. Lalu memposisikan duduknya didepan ku, dengan lebih nyaman.

"Waktu itu.......

Author POV
.............setelah kejadian dipantai, Ben membawa Retisa ke rumahnya. Dia membopong Retisa kekamar nya, tanpa mengabaikan tatapan dari tamu-tamu dirumah itu.

"Toh juga mereka pikir My Queen ini, adalah calon istriku."batin Ben.

"Eh pangeran bebek. Apa nggak apa-apa nih gue lo bopong begini, banyak yang liatin tuh,"kata Retisa berbisik.

"Nggak papa.. Mereka kan taunya kamu itu calon istri aku."kata Ben cuek.

"Ah iya yah... Benar juga." Kata Retisa, lalu melanjutkan langakahnya menaiki tangga.

"Kamu duduk tenang dulu disini. Aku mau carikan baju untuk kamu."kata Ben mendudukkan Retisa diatas tempat tidur lalu masuk ke sebuah ruangan.

"Itu kan ruang yang didalamnya kayak Mall."kata Retisa memandangi pintu yang sempat ia masuki.

Lalu Ben keluar dengan sebuah gaun indah berwarna merah. Ia menaruhnya didepan pandangan Retisa. {lihat posisi gaun merah di mulmed}

"Bagaimana? Kamu cocok kan dengan baju ini. Soalnya hanya ini yang ada dirumah ku."kata Ben pada Retisa yang masih bengong.

"Gila!! Ini baju atau pajangan museum? Ini tuh keren banget. Apa beneran boleh gue pakai nih?." Kata Retisa menunjuk gaun merah itu.

"Tentu saja. Dari pada lo basah kuyub begitu."kata Ben yang menunjuk kondisi badan Retisa dengan dagunya.

"Ya sudah. Kalau gitu, lo keluar dulu. Biar gue bisa ganti."kata Retisa.

"Memangnya kamu bisa?."kata Ben khawatir.

"Bisalah. Kan gue harus berusaha bisa. Kalau enggak berusaha mana bisa. Udahlah, mending lo keluar Deh."kata Retisa.

Ben akhirnya mengalah saja lalu keluar. Dia juga kan harus siap-siap.

"Eh tunggu. Aku masuk diruangan pakaian itu saja. Nanti kalau kamu sudah selesai ganti baju. Ketok aja pintunya. Ok."kata Ben.

"Iya.iya. Tenang Aja. Lo itu memang pangeran bebek yah, bawel banget,"ucap Retisa yang masih menatap gaun merah itu.

Ben menghela nafas. Ia masuk keruang pakaian.

Setelah 20 menit Ben sudah rapi dengan  baju pestanya. Kemeja bermerek yang diujung kerahnya ada jahitan emas murni.

Jass sutra merah maron yang lumayan mengkilap dengan aksen emas, juga celana panjang dengan model warna yang sama.

Dia terlihat sangat menawan. Ditambah rambutnya yang bagian depan disampirkan ke atas, anggap saja hair styl Short Sides Longer Hair With Texture On Top.

Ini sudah sangat terlambat. Semua tamunya pasti sudah menunggu mereka.

"Mengapa wanita itu tak juga mengetuk pintu. Apa dia benar-benar kualahan memakai gaun itu?."ucapnya. Bicara sendiri.

Akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu ruangan itu.

Dan,

Original Story By;
Sheriligo

Retisa Arabella [Jefferson] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang