8 - Menjadi istri

338 23 0
                                    

Aku dapat mendengar suara ombak walau samar-samar.

Hmm sepertinya ini sudah pagi. Aku mengucek mataku. Dan tepat saat itu. Mataku membelalak kaget.

Aku dengan cepat bangun terduduk.

Lalu kembali melihat sosok itu. Yang tidur dengan damai disampingku tadi.

"Dia terlihat baru tidur setelah bertahun-tahun lamanya. Lihat betapa polosnya wajah itu." Aku memandang wajah tampan seorang Johnson Bennett Jefferson. Suamiku.

Lalu aku menyadari satu hal. Hari ini adalah hari dimana aku akan berperan menjadi istrinya. Menantu keluarga Jefferson.

Yah... Walau sulit ku terima. Tapi setelah kejadian semalam saat aku mengingat sedikit serpihan Ingatanku, itu membuktikan ucapan Ben benar adanya."aku mungkin memang sosok itu dimasa lalu." Aku memainkan helai rambut Ben yang ada di wajahnya.

Lalu menepuk tanganku dengan yakin,"Baiklah, saatnya memasak."ucapku, lalu mengikat rambutku keatas.

Aku turun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar.

------

Author POV
Ben menguap lalu merenggangkan otot-ototnya."apa ini sudah pagi." Ucapnya lalu mengedarkan pandangannya ke samping. Yang seharusnya ada istrinya Disana.

Tapi tak ada.

Ben panik. Dia melompat cepat turun dari tempat tidur. Masih dengan pakaiannya semalam, kaos oblong putih dan celana santai putih.

Belum sempat ia melangkah turun. Hidungnya menangkap aroma lezat.

Kebetulan perutnya berbunyi meminta diisi.

Dia turun menuju, tentu saja arah aroma itu. Dapur.

Dan didapatinya seorang wanita yang sibuk membuat sarapan pagi. Masih dengan dress tidur berwarna putih.

"Indah sekali."gumam Ben yang tak mengalihkan tatapannya dari punggung Retisa.

"gumam Ben yang tak mengalihkan tatapannya dari punggung Retisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau gaun itu menutupi sebagian besar tubuh Retisa. Tapi itu malah memberi kesan indah Dimata Ben.

Ben melangkah dan memeluk pinggang Retisa dari belakang. Menempatkan kepalanya dibahu Retisa.

"Apa masih lama?." Ucap Ben sambil mendongak melihat apa yang sedang dibuat istrinya.

"Sebentar lagi siap, tapi Akan lama jika kau menggangguku. Duduklah Disana, dan tunggu dengan tenang." Ucap Retisa masih konsen dengan masakannya.

"Baiklah. Setelah kita makan, aku akan mengajak mu kepantai." Ucap Ben lalu mengecup pipi Retisa.

"Ok."ucap Retisa singkat.

3 menit kemudian. Dua sarapan sudah ada diatas meja makan mewah itu.

Retisa mengambil posisi disebelah kanan Ben.

"Ben. Apa meja ini tak terlalu besar? Padahal hanya kita berdua yang makan disini." Ucap Retisa sambil menyuap makannya menatap sekelilingnya.

Ben memandangi Retisa lama.

"Tidak ini sudah pas. Karena dirumah ini sering diadakan pesta, dan itu membutuhkan meja yang besar kan. Lagi pula kalau anak kita sudah lahir semua, mereka akan mengisi meja makan ini."ucap Ben dengan sendok makan yang disuap ke mulutnya.

Retisa berbalik menatap Ben. Dengan tajam,"apa maksudmu dengan anak?."

Ben tersenyum-senyum sendiri sambil menyantap sarapannya,"kau kan istriku, jadi itu adalah tugasmu. Menjadi istri bagi anak-anak ku."ucap Ben.

"Ish... Menjadi istri. Kita saja baru ketemu dua minggu lalu, jangan aneh-aneh."ucap Retisa yang berusaha fokus menghabiskan sarapannya.

Ben malah menghabiskan sarapannya dengan sesekali memandang kearah Retisa.

"Setelah makan, pergilah mandi. Dan pakai baju pantai. Kita akan kesana. Kerena aku ingin kau ada saat aku sedang melakukan hoby ku yang terpending karena merawat mu."ucap Ben sambil mengelus rambut bergelombang Retisa.

"Tidak mau."ucap Retisa berjalan meninggalkan Ben.

"Apa maksudmu."Ben mengikuti Retisa kearah dapur. Sambil membawa alat makan mereka.

"Aku tidak mau memakai baju terbuka seperti baju pantai yang kau maksud."ucap Retisa lalu mencoba mencuci piring. Tapi tangannya dicegah Ben.

"Berhenti sampai disitu."ucap Ben.

"Kenapa Ben? Apa ada yang salah."ucap Retisa bingung.

"Aku memperbolehkan mu melakukan hal-hal layaknya seorang istri. Tapi bukan pembantu. Tinggalkan saja piring kotor dirak pencuci itu. Nanti juga akan bersih sendiri." Ucap Ben.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan bersiap-siap."ucap Retisa sambil tersenyum melangkah naik menuju kamar mereka.

"ucap Retisa sambil tersenyum melangkah naik menuju kamar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ben terdiam. Ini pertama kalinya Retisa tersenyum didepannya setelah kejadian dua minggu yang lalu.

Dan perutnya serasa berisi banyak kupu-Kupu. Matanya berbinar.

Dia memegang dadanya yang didalamnya ada jantungnya yang berdegup kencang .

"Ah. Aku terpesona." Ucapnya. Lalu tersenyum lebar, berlari menuju arah yang sama dengan Retisa.

Original Story By;
Sheriligo

Retisa Arabella [Jefferson] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang