"Ben... " Gumamku yang merasa takut. Hal pertama yang aku ingat adalah bayangan masalaluku yang perlahan terbuka.
"Ben... Kau dimana?."tanyakku lemah.
Tapi tak ada jawaban darinya. Aku bangun dengan posisi duduk diatas tempat tidur ini. Ku edarkan pandangan ku keseluruh ruangan ini.
Ternyata Ben sedang tidur disampingku. Dan dia masih memakai celana pendek saja.
Tubuh sixpack itu sangan membuatku terkagum-kagum, aku kembali menidurkan badanku menghadap Ben yang tertidur dengan wajah polosnya.
"Pasti ia sangat khawatir saat aku pingsan tadi."kataku dalam hati. Aku mengelus lembut wajah raja Jefferson ini.
Aku tak menyangka bahwa suamiku adalah orang yang hebat. Dia adalah seorang raja.
"Tak heran kemewahan yang dia perlihatkan begitu mengagumkan. Mengapa aku baru menyadarinya."kataku yang sejenak mencibir diriku sendiri.
Lalu aku tersenyum lembut. Mendekatkan diriku ketubuh Ben. Membungkus badannya dengan badanku.
"Aku menyayangi mu Ben. Ah tidak, aku sangat-sangat Menyayangimu. Bukan, ini buka sekedar sayang. Aku sungguh mencintaimu, sedalam lautan. Bahkan tak terhingga."kataku lembut.Walau iya tak mendengarkan suaraku. Aku tak masalah asalkan aku telah mengeluarkan isi hatiku padanya.
"Hmm.."suara bas yang merdu itu membuatku kaget.
Aku bangun dengan panik bercampur malu. Apa ia mendengar yang aku katakan?
Lalu aku menghela nafas panjang.
"Ternyata dia cuma ngigau,"kataku lega.Lama aku memandang wajahnya.
Lalu mata dengan iris coklat terang itu terbuka.
"Selamat pagi Ben."ucap ku.
"Pagi my Queen. Kapan kau siuman? Kenapa kau tak membangunkan ku?."tanyanya.
Dia duduk didepan ku. Merenggangkan otot-ototnya.
"Baru juga semenit yang lalu. Aku tak ingin mengganggu tidur nyenyak mu." Kataku tersenyum lembut padanya.
"Maaf aku telah melihat seluruh tubuhmu. Aku tak tahu harus menyuruh siapa, lagi pula kita kan sudah jadi suami istri."katanya dengan senyum licik. Lalu menunjuk badanku dengan dagunya.
Aku baru menyadari hal itu. Ternyata bajuku telah berganti dengan gaun tidur putih.{liat wanita bergaun tidur putih yang duduk Dikursi kayu di mulmed}.
Wajahku sekejab memerah. Ku tutup tubuhku dengan lengan ku.
"A-apa saja yang telah kau lihat?."kataku terbata-bata.
Dia mendekatkan wajahnya"Semuanya." Membisikkan satu kata itu ditelingaku.
"K-kau..! Dasar mesum!!!!."teriak ku.
"Bwahahaha.....!"dia tertawa lepas. Aku hanya bisa menatap nya tajam.
Lalu perlahan ia berhenti tertawa, menghapus satu tetes air mata diujung bulu matanya.
"Aku hanya bercanda my Queen. Bukan aku yang mengganti bajumu, tapi nenek mu."katanya mengelus rambutku.
"Apa kau bercanda. Lelucon mu itu sungguh tak lucu."kataku, mengalihkan pandanganku ke arah lain selain dirinya.
"Sungguh. Nenek mu ada disini, aku mengundangnya secara khusus saat kau pingsan semalam. Aku sungguh panik, jadi ku tugaskan mentri ku untuk mencari nenekmu. Dan disini lah nenekmu sekarang. Dirumah ini."katanya menjelaskan.
"Benarkah?! Jadi dimana dia sekarang?", tanyaku antusias.
Kutatap Ben dengan pandangan memohon.
"Dia ada di dapur. Mungkin dia sedang membuatkan mu sup." kata Ben.
Tanpa pikir panjang aku turun dari tempat tidur. Menuju dapur yang katanya ada nenek disana.
"Tunggu," tangan Ben di lengan mengintrupsi ku." kau kan baru siuman. Apa kau sanggup berjalan sendiri. Biarkan aku menggendong mu."katanya yang telah mengambil ancang-ancang untuk menggendong ku.
Original Story By;
Sheriligo
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisa Arabella [Jefferson] ✔️
Random[COMPLETED] what that you think about distant past? Entahlah. Semuanya terjadi begitu saja. Dan aku tak tahu harus apa. Pujian-pujian itu membawa suka disekilingku, tapi malah berakhir menjadi sebuah duka kala itu. Terus seperti itu. Hingga aku ber...