Aku mengangkat badan wanita yang entah siapa namanya ini.
Keluar dari mobil VW Budyy ini tak mudah. Tapi juga tak sulit bagiku.
Aku berjalan menuju rumah utamaku. Yah kalian tau sendiri. Rumahku terbagi atas beberapa bagian. {liat susunan bangunan rumah di mulmed}
Ada kolam renang. Taman atau rumah tanam. Perpustakaan. Yah... Banyak bangunan lah pokoknya. Tapi hanya aku sendiri dipulau ini. Rumah yang otomatis membersihkan dirinya sendiri, jadi tak ada pelayan atau apapun sejenisnya yang mengurus rumah ku ini.
Tapi inilah diriku seorang Johnson Bennett Jefferson. Satu-satunya Jefferson. Dulu.
Aku tertawa miris meratapi Nasibku yang penuh duka ini. Lalu menatap lagi seorang wanita yang sedang ku gendong ala bridal stlye.
Aku menegang. Serasa sedang De javu jika melihat wajah wanita didepan ku, mengingatkan ku akan dia.
Apa ini dia?
Aku melihat tanda lahir dipipi sebelah kirinya. Benar wanita ini adalah QueenNya.
Wanita yang telah ia nikahi saat masih remaja. Berumur 20 Thn. Kala itu dia tak dapat memilih. Dan hanya bisa memanfaatkan wanita ini.
"Retisa Arabella......." Kata Ben sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Retisa yang masih terpejam. Lalu ia menyedot bibir Retisa. Dan mengangkat wajahnya lagi, menatap lembut wajah Retisa digendongannya,"......Jefferson."
Dia sudah tumbuh jadi wanita yang sangat indah.
"Ah aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia sudah membuka mata. Maka untuk yang kesekian kalianya aku akan kembali jatuh kedalam surga seorang Retisa Arabella." Aku bahkan sudah mulai gila olehnya. Aku bicara sendiri.
Senyumku juga tak mau hilang. Ini semua karena penyakit yang diberikan oleh sosok terindah ini.
Sedikit lagi. Pintu kamarku terbuka otomatis. Aku berjalan kearah tempat tidurku. Dan menurunkan Retisa perlahan. Tak ingin ia terluka atau bahkan terbangun karena gerakan ku ini.
Kulihat bajunya yang sudah koyak. Badannya juga luka-luka. Apa yang telah terjadi pada QueenNya ini?
Aku mengulurkan tanganku. Menelusuri wajah dan rambut Retisa.
Badannya demam?!
Bergegas ku keluarkan seluruh alat kedokteran ku dibawah tempat tidur. Ini adalah salah satu barang-barang yang wajib ada dirumah ini.
Aku Mulai melakukan tindakan yang sama jika seorang dokter profesional sedang beraksi.
30 menit kemudian.
"Fiuh... Akhirnya selesai juga. Tinggal menunggu waktu hingga ia tersadar." Ucapku.
Pandangan ku tak kunjung lepas dari wajah cantiknya. Ah aku lupa dengan pakaiannya.
Bagaimana ini?
Aku pergi mencari sesuatu. Lalu mengingat satu hal dimasa lalu.
Ah pakai cara itu saja.
Kucari handuk putih. Lalu menutupi tubuh bagian samping. Manarik kain baju Retisa yang tinggal sepotong. Dan membungkus badan indah ini perlahan dan pasti. Tanpa bisa melihat apa saja yang ada dibalik handuk ini.
"Walau kau istriku. Walau kau queen ku. Tanpa persetujuan mu. Aku tak akan melakukan tindakan terhadap tubuhmu...." Kataku. Lalu kemudian tersenyum lebih menawan.
".......kecuali bibir menggoda ini." Ucap ku yang tak bisa menahan diri lagi. Aku butuh setidaknya sedikit asupan untuk meredakan masa-masa duka ku saat tak ada dirinya.Ku hilangkan jarak diantara kami. Menikmati bibirnya selama mungkin. Hingga aku puas.
Tapi kurasa kata puas tak ada artinya. Jika berhadapan dengan keindahan seorang Retisa Arabella Jefferson.
Original Story By;
Sheriligo
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisa Arabella [Jefferson] ✔️
De Todo[COMPLETED] what that you think about distant past? Entahlah. Semuanya terjadi begitu saja. Dan aku tak tahu harus apa. Pujian-pujian itu membawa suka disekilingku, tapi malah berakhir menjadi sebuah duka kala itu. Terus seperti itu. Hingga aku ber...