Part Seven

2.3K 152 5
                                    

Sabtu, hari yang paling dinantikan oleh semua orang selain hari Minggu. Hari yang banyak digunakan sebagian remaja untuk movie marathon. Dan banyak juga yang memanfaatkan 'satnight' atau sabtu malamnya untuk hm, mojok dengan pacar. Tapi tidak bagi Aqilla. Ia seakan sangat menyayangi kasurnya ini dan terlanjur nyaman sehingga, Aqilla tidak ingin jauh-jauh dari kasurnya.

Namun, gedoran pintu yang cukup keras itu sangat berefek padanya. Panggilan-panggilan yang menyuruhnya untuk bangun Ia anggap sebagai nyanyian 'Nina Bobo' yang menyuruhnya untuk terlelap kembali. Aqilla tak mengindahkan gedoran dipintu kamarnya dan juga segala macam teriakan-teriakan. Aqilla malah asyik menggeliat diatas kasurnya dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

"AQILLA BANGUN!!!"

Suara yang seperti perintah yang harus Ia lakukan sangat terdengar tajam ditelinganya. Sebenarnya, Aqilla sangat malas untuk membuka matanya dan menyudahi mimpi indahnya itu. Tapi mau bagaimana lagi? Kak Reza yang Ia yakini pemilik suara tersebut sepertinya sudah bertengger manis di depan pintu kamarnya. Hm, gak tau orang lagi tidur kali ya?

Dengan sangat malas, Aqilla pun membuka matanya dan menyibak selimut diatasnya. Aqilla turun dari kasurnya dan berjalan kearah pintu kamarnya dengan sesekali menguap. Setelah pintu kamar Ia buka, benar saja, Kak Reza sudah berdiri di hadapannya dengan celemek yang dia pakai sambil berkacak pinggang. Memang bukan hal yang tidak wajar lagi jika Kak Reza sering masak membantu Mamah, jika Ia sedang berada di rumah.

Fokus Aqilla teralihkan ketika Ia menyadari tatapan intens Kakaknya itu yang melihatnya dari atas sampai bawah, "Kamu ini ya, Qil! Jam segini baru bangun. Mana ada anak gadis yang kayak kamu gini bangun jam delapan."

Aqilla bergeming. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk menjawab semua ucapan Kak Reza. Aqilla hanya mengangkat satu alisnya seakan berkata, 'Terus?'

Kak Reza berdecak kesal melihat respon yang Ia dapat dari Aqilla,
"Ck.. udah cepetan sanah mandi. Makanannya udah siap dari subuh."

"Hah?"

"Hah hah lagi! Udah cepet sana mandi! Kak Reza aja udah rapih dari sebelum subuh habis itu ke pasar bareng Mamah beli bahan makanan biar kamu gak kelaparan," Cerocos Kak Reza, panjang kali lebar. Sama sekali ga nyambung -__-

'Sabodo amat sih sebenernya mah,' Batin Aqilla.

"Ya," Balas Aqilla singkat.

"Ya ya, udah sana cepetan man--"

BRAKK!

"DASAR KAMU YA AQILLA!" Teriak Kak Reza kesal karna ucapannya yang dipotong oleh Aqilla dengan membanting pintu kamarnya.

'Dicerewetin gak suka. Tapi kalo udah didiemin ngambek. HAHA,'

Heh! Batin siapa itu yang bicara?!

Aqilla pun langsung menuju kamar mandi dengan berlarian kecil tanpa niat untuk tidur dan melanjutkan mimpinya tadi.

Tiga puluh menit kemudian....

Aqilla membutuhkan waktu tiga puluh menit saja untuk membersihkan badannya dan juga merilekskannya karna agak sedikit pegal.

Sekarang, Aqilla sudah duduk manis di meja makan bersama Kak Reza dan juga Mamahnya. Tidak ada yang membuka suara karena mereka semua sudah khusyuk memakan makanannya masing-masing.

"Ehem," Reyna atau Mamahnya Aqilla berdehem untuk membuka pembicaraan. Sontak deheman yang Mamah mereka keluarkan membuat Aqilla dan juga Kak Reza mendongakkan kepala mereka secara bersamaan dan bertanya dengan tatapan mata yang seakan berkata, 'ada apa?'

Secret FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang