Part Eleven

1.9K 125 1
                                    

"Yo, kantin gak?" Tanya Geral.

"Hah? Bentar lagikan bel masuk kocag," Jawab Leo.

"Kebanyakan melamun sih lo jadi gak denger tadi ada pengumuman kalo guru-guru tuh pada mau rapat," Jelas Geral.

Melamun? Leo tidak menyadari kalau dirinya sedari tadi sedang melamun. Ia hanya sedang memikirkan mengapa Aqilla tiba-tiba saja kemarin pergi setelah menolongnya dengan keadaan mata seperti ingin menangis.

Apa kemarin ia terlalu berlebihan? Tidak, fikirnya. Kemarin ia memang kram dibagian kakinya ketika sedang pengambilan nilai. Dan yang ia tidak sadarkan diri itu hanya akal-akalan Ia saja untuk mengetes seberapa rasa khawatir Aqilla terhadapnya. Dan see? Aqilla memang benar-benar khawatir kemarin. Hm, mungkin sih.

"Yo, lama kita tinggal ya," Ucap Geral.

Leo tidak merespon, ia terlalu asyik dengan pergulatan batinnya.

"ARKHALEO FAHLEVY!" Teriak Nevin kencang dan berhasil membuat Leo tersadar.

"Iya-iya, ayo dah," Jawab Leo sebal, sedangkan Alberth hanya tersenyum tipis.

🍃🍃🍃

"Aqilla apa lo bisa jelasin ke kita kenapa lo tiba-tiba pergi gitu aja dan balik tanpa ngabarin kita?" Tanya Gabrielle yang mendapat anggukan setuju dari Sasha.

"Gue... gue cuma capek," Jawab Aqilla datar.

"Capek? Lo emang ngapain aja kemarin?" Tanya Gabrielle, lagi.

"Gue capek!" 'Capek terus-menerus perang batin,' Lanjutnya dalam hati.

"Okey kalo lo emang belum mau cerita ke gue maupun Sasha, kita bakalan nunggu sampai lo siap cerita," Jelas Gabrielle.

Aqilla tahu, tak seharusnya Ia menutupi masalahnya kepada sahabatnya. Aqilla hanya tak siap untuk menceritakan semuanya yang otomatis Ia harus mengingat segala macam tentang masa lalunya. Dan sekarang, Ia hanya perlu menunggu kebahagiaan datang dan melupakan semua masa lalu kelamnya. Semua itu hanya butuh sebuah proses, kupu-kupu pun pernah menjadi sesuatu yang menjijikkan sebelum menjadi indah. Ya begitu, menurutnya.

Dan Aqilla pun hanya mengangguk dengan sebuah senyuman tipis sebagai jawaban.

"Cantik deh Aqilla kalau senyum gitu," Ucap Sasha dengan girangnya.

"Iyalah cantik. Emang lo, jelek!" Balas Gabrielle mengejek yang membuat Sasha memajukan beberapa centi bibirnya.

Aqilla diam lagi, merasa tak enak hati pada kedua sahabatnya yang sudah sangat baik hati kepadanya.

"Duh... Sasha mau pipis nih!" Ucap Sasha tiba-tiba.

"Anterin ke toilet yuk, Gabrielle! Sasha udah gak tahan nih!" Lanjutnya.

Gabrielle yang merasa terusik karena lengannya diguncang-guncangkan oleh Sasha pun berdiri dari tempat duduknya, "Ganggu nih! Aqilla bentar ya." Pamitnya. Dan Aqilla hanya mengangguk saja.

Sepeninggalan kedua sahabatnya, Aqilla hanya merasa bosan karena hanya dirinya dan empat orang temannya yang ada di dalam kelas.

Aqilla memutuskan untuk keluar kelas demi menghilangkan rasa bosan yang sedang melandanya sekarang.

Berjalan tanpa arah dan menyusuri koridor lantai tiga hingga sampai berada dilantai yang paling bawah. Pemandangan yang terfokus pertama kali di indra penglihatannya adalah lapangan utama yang dipenuhi oleh banyak siswa-siswi yang sedang asyik oleh dunianya masing-masing.

Yang membuat Aqilla berada lama di pinggir lapangan adalah karena melihat beberapa anak yang sepertinya sedang melakukan stand up comedy. Tak terlalu jauh karena ia masih dapat mendengar guyonan-guyonan yang keluar bebas dari bibir mereka. Sebagian guyonan dari mereka dapat membuat Aqilla terkekeh ringan. Lawakan mereka tak terlalu jayus seperti dirinya. Ya, dirinya. Aqilla sering mengeluarkan kata-kata konyol untuk menghibur dirinya sendiri dan tentunya juga seseorang di masa lalunya. Dulu, seseorang itu hanya menanggapinya dengan--- ah, tak baik Ia berada disini terlalu lama.

Secret FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang