Part Fourty

864 40 10
                                    

Tolong jangan pergi, karna aku sedang membiasakan diri. Dari yang awalnya tidak diharapkan menjadi seorang yang paling dinantikan.

-t

***

Secret Feeling

AQILLA mengadahkan tangannya ke udara, butiran-butiran air pun menyambut tangannya. Dingin. Cuaca saat ini memang tidak menentu. Contohnya hari ini, pagi tadi cerah namun siangnya turun hujan. Meski jika tidak hujan pun suhu diwilayah ini tetap akan dingin.

Ia makin merekatkan jaket hitam milik Malvin ketubuhnya. Sedangkan sang empunya hanya diam memainkan sebuah asbak dihadapannya.

"Sejak kapan lo ngerokok?"

Aqilla terkejut bukan main saat Malvin mengeluarkan sebungkus rokok dari kantong celananya tadi. Keterkejutannya pun kian bertambah saat Malvin memantik api guna menyalakan rokok itu. Padahal, di cafe ini jelas tertulis "NO SMOKING AREA".

"Baru satu semester." Jawab Malvin.

Malvin memilih mematikan rokoknya karna tak enak hati kepada Aqilla. Bukan patuh kepada tulisan No Smoking Area itu.

"Kenapa lo ngerokok?" Tanya Aqilla tajam. Ia sungguh tak tahan terhadap asap rokok dan juga membenci seorang perokok.

"Karna dengan merokok, hidup gue berasa lebih berwarnaaaa." Malvin memberikan Aqilla senyuman manis. Lalu menyeruput minuman dihadapannya dengan khidmat.

"Sesudah bikin gue nangis sekarang lo malah mau bikin gue membenci lo?"

Malvin sedikit tersedak. Ternyata, meski sudah dua tahun Aqilla meninggalkannya, sifat kaku dan jutek cewek itu masih berlanjut. Dulu Aqilla masih bersikap manis walau sering berkata tak enak didengar.

"Gue mau pulang," putus Aqilla.

"Lo buta ya? Diluar lagi hujan gede! Mau sakit hah? Mau bikin gue khawatir begitu?" Serbu Malvin.

Aqilla tersenyum kecut, Ia memandang hujan diluar sana bagaikan hal terindah yang ingin Aqilla rasakan. Sudah lama ternyata Ia tidak bermain hujan-hujanan. Pantas saja Ia rindu.

"Masukin tangan lo Laurent." Kata Malvin tegas.

"Nanti kita pulang kalau hujannya udah agak reda, biar lo ga demam besok." Ucap Malvin membungkam bibir Aqilla yang saat itu sangat ingin bertanya.

"Leo apa kabar?"

Sayangnya, tak ada satupun orang yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.

***

Di tempat yang berbeda...

"Anjing!"

"Nevin bangs*at! STOP NELPONIN GUE!"

"Mau mati lo?! Gue lagi push rank!"

Makian demi makian terus terlontar seiring terdengarnya bunyi sambungan telepon diwaktu yang salah. Malam minggu ini, Leo, Nevin, Alberth, dan juga Geral sedang berkumpul dikediaman Leo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang