Joon Hyung
Dari ski resort, aku membawa Alina ke Namsan Tower. Aku sudah melakukan reservasi tempat untuk makan malam di restoran di Namsan Tower. Dalam perjalanan di cable car, Alina tak hentinya bergumam kagum melihat pemandangan malam dari sini. Begitu turun dari cable car, aku memastikan jaket dan syal Alina sudah rapat sebelum melanjutkan berjalan menuju menaranya.
Aku menjawab pertanyaan Alina tentang Namsan Tower sepanjang perjalanan. Sebelum membawanya ke restoran, aku mengajak Alina jalan-jalan dulu ke teras menara, tempat gembok-gembok bergantungan di sana. Selama beberapa saat, gadis itu mulai sibuk mengambil foto untuk bukti yang ia janjikan pada Meli.
Tak sabar, aku mengambil alih ponselnya dan menarik Alina mendekat untuk mengambil gambar kami berdua.
"Ya!" Alina mulai protes, tapi aku mengabaikannya. Aku mengambil lebih banyak gambar dengan merangkulnya.
"Kau tidak mau tersenyum?" tanyaku usil.
Alina mendesis kesal, tapi di foto berikutnya, ia mulai tersenyum. Untuk apa dia protes jika pada akhirnya akan melakukannya juga? Gadis ini, memang ....
"Kau mau mengunci gembok kita di sini?" tawarku kemudian.
Gadis itu menggeleng. "Kita kan bukan pasangan."
"Sahabat kan juga pasangan," balasku. "Ayo!" Aku menariknya untuk membeli gembok.
"Ya!" Alina kembali berseru protes, tapi ia tak bisa melakukan hal lain selain mengikutiku.
Ketika aku menuliskan sesuatu pada gembok yang kubeli, Alina mengerutkan kening.
"Kosong satu dua?" tanyanya.
"Yongwonhi (selamanya)," ralatku.
Alina mendengus geli, tapi tidak protes. Setelah mengunci gembok kami, aku berkata,
"Tahun depan kita ke sini lagi, ya?"
Alina tersenyum. "Jika aku di sini."
"Kuharap kau terus di sini dan tak usah pulang," ungkapku.
"Utgyeo (Lucu)," balasnya sarkatis.
"Ya, jika kau pindah kemari, kau bisa mengembangkan usaha EO-mu sampai ke sini. Pasti banyak orang yang ingin mengadakan acara di sini. Pun banyak orang-orang sini yang ingin mengadakan acara di Indonesia. Kau juga tahu kan, ada banyak artis yang menikah di Bali? Aku bisa memperkenalkanmu pada banyak orang," uraiku bersemangat.
"Ya, ya, kau pikir akan semudah itu?" Alina membubarkan harapanku. "Urusan pekerjaanku, biar aku yang mengurusnya. Oke?"
Aku mendesah berat.
"Geunde (Tapi) Jong Hyun-ah," Alin tiba-tiba terdengar serius, "apa kau baik-baik saja berada di ketinggian ini?"
Aku memejamkan mata. Ia akan kembali meledekku. "Di Viking dan di sini beda. Di Viking itu, anginnya terlalu kencang, dan dingin. Mereka mengayunkan alat itu terlalu berlebihan juga. Aku sama sekali tidak takut akan ketinggian, hanya Viking saja yang tidak cocok denganku. Jadi, berhenti meledekku," aku berusaha menjelaskan.
"Ya, jika kau menjelaskannya seperti itu, kau jadi terdengar semakin menyedihkan," Alina berkata.
Aku mendesis kesal, sementara gadis itu tersenyum geli.
"Apa menu makan malam kita?" tanya Alina kemudian.
"Tidak ada makan malam. Ayo pulang," balasku masih agak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Kiss (End)
General FictionAlina Untuk apa aku hidup? Selama ini, aku senang menjalani hidupku karena Tante Luna. Bisa dibilang, tantelah alasan aku bertahan meski hidupku bisa dibilang menyedihkan. Ayah yang meninggalkan aku dan Ibu saat aku masih kecil, lalu Ibu yang den...