16 - Goodbye Now

1.9K 153 29
                                    


Alina

Tak terasa, sebulan sudah berlalu sejak aku pergi ke Korea dan menemui Joon Hyung. Namun, sampai hari ini, Joon Hyung belum juga ganti mengunjungiku kemari. Dasar pembohong. Jika memang tidak berniat datang kemari, seharusnya dia tidak mengatakan apa pun. Dan apa katanya dulu? Dia akan menyusulku ke Indonesia? Pembohong.

"Kau ini kenapa lagi?" tanya Meli geli sembari meletakkan secangkir kopi di mejaku. "Sejak kau kembali dari Korea sebulan lalu, kupikir kau sudah pulih. Tapi apa ini? Pagi-pagi kau sudah cemberut saja. Apa kau sedang bertengkar dengan kekasihmu itu?"

"Dia bukan kekasihku!" sanggahku kesal.

Meli mengangkat alis. "Bukan kekasihmu tapi ponselmu penuh dengan pesan dan telepon darinya?"

Aku berdehem. "Dia saja yang tidak bisa diam. Di depan orang lain dia bisa begitu tenang. Hanya di depanku dia secerewet ini," aduku.

Meli tersenyum geli. "Bukankah itu berarti, dia sudah nyaman denganmu?"

Aku kembali berdehem.

"Dan bagaimana perasaanmu padanya? Katamu, dia sudah menyatakan perasaannya," ungkit Meli. "Dari pengamatanku, sepertinya kau juga tertarik padanya. Apa kau sedang berusaha jual mahal atau apa?" Meli tertawa pelan.

"Tidak seperti itu!" tukasku. "Jangan menyimpulkan sembarangan. Dia bisa kege-eran jika mendengarmu."

"Apa aku mengatakan hal yang salah?" tantang Meli. "Bahkan jika sehari saja dia tidak menghubungimu, kau sudah bingung dan khawatir. Tapi kau juga tak berani menghubunginya lebih dulu, kan?"

Aku mendesis kesal.

"Apa karena itu juga kau kesal sepagi ini? Semalam dia tidak meneleponmu?" goda Meli.

Aku melotot kesal. "Berhenti mengurusiku dan kerjakan tugasmu. Banyak acara yang harus diurus minggu ini," usirku.

"Lihat itu. Selalu saja mengalihkan pembicaraan jika sudah kalah," tandas Meli, meski kemudian dia akhirnya meninggalkan mejaku.

Tapi bagaimana Meli bisa tahu jika aku sedang kesal karena Joon Hyung tidak meneleponku semalam? Kemarin-kemarin, ketika aku menanyakan kapan dia akan ke Indonesia, dia selalu menghindarinya. Dan seharian kemarin, dia mendadak menghilang. Tidak mengabari, tidak juga menghubungiku. Sampai pagi ini. Apa yang dia coba lakukan?

Apa perasaannya sudah berubah? Dia tidak lagi mencintaiku?

Pikiran itu membuatku semakin cemas. Jika memang begitu, aku harus bagaimana? Aku mulai mempertimbangkan serius tentang perasaannya. Namun, jika Joon Hyung berhenti mendadak seperti ini, aku harus bagaimana?

Suara dering ponselku membuatku tersentak kaget. Segera aku mengangkat telepon ketika melihat nama Joon Hyung di layar ponsel.

"Ya, Nam Joon Hyung!"

"Aku akan datang padamu," Joon Hyung tiba-tiba berkata. "Segera."

Aku mengerutkan kening. "Kapan?"

"Aku berangkat sekarang," jawabnya.

"Mwo?! (Apa?!)" seruku kaget. "Ya, kenapa kau baru mengabariku sekarang?"

"Kau juga melakukan hal yang sama padaku dulu," balasnya enteng.

"Ish, pendendam menyebalkan," desisku.

"Saranghae (Aku mencintaimu)." Ucapan Joon Hyung membuatku mematung, menahan napas, yang segera kusesali ketika Joon Hyung menutup teleponnya.

Snow Kiss (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang