9 - She's My Muse

2.2K 160 9
                                    

Alina

Pagi itu, aku mengendap-endap ke bawah setelah memastikan Joon Hyung masih lelap di sofa ruang tamu. Ponsel di tanganku kugenggam erat ketika aku mendekati tempat Joon Hyung berbaring.

Dengan sangat hati-hati aku duduk di samping sofa, lalu mendekatkan ponselku ke telinganya. Bahkan dari tempatku, aku bisa mendengar suara orang tua Joon Hyung mengucapkan selamat ulang tahun.

Di depanku, mata Joon Hyung seketika terbuka, tampak kaget.

"Saengil chukhahae (Selamat ulang tahun), Nam Joon Hyung," ucapku sembari meraih tangannya dan membawanya untuk memegangi ponselku. "Bicaralah dulu dengan orang tuamu sementara aku memasak sarapan," kataku sebelum berdiri.

Aku tersentak kaget ketika kurasakan Joon Hyung menahan lenganku, lalu menarikku ke arahnya. Aku terkesiap mendapati diriku jatuh tepat di atasnya, wajah kami begitu dekat. Seketika, aku teringat saat bibirnya mencium bibirku kemarin. Ah, bukan mencium, hanya tak sengaja menyentuh bibirku.

Kontan aku segera menarik diri. Kurasakan wajahku memanas dan buru-buru aku melarikan diri dari sana. Kenapa juga semalam Joon Hyung bisa tersandung dan berakhir seperti itu? Mengejutkanku saja.

Kudengar Joon Hyung mengucapkan terima kasih pada orang tuanya. Sembari membuka kulkas dan mengeluarkan bahan makanan yang akan kumasak, aku masih mendengar Joon Hyung mengobrol dengan orang tuanya.

Ketika aku menelepon ibu Joon Hyung tadi, aku hanya menyapa singkat dan mengabarkan jika aku akan ke Busan sebelum pulang. Lalu aku meminta ibu dan ayah Joon Hyung untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Joon Hyung. Nanti aku berencana menelepon ibunya lagi untuk berterima kasih.

"Kau memasak apa?" tanya Joon Hyung yang tiba-tiba sudah berada di belakangku.

"Miyeokguk?*" Joon Hyung terdengar kaget.

Aku berbalik dan mengangguk. "Jika kau sudah selesai, kemarikan ponselku. Aku harus melihat resepnya di internet. Semalam aku baru tidur jam dua pagi karena sibuk mencari resep yang paling enak."

Joon Hyung tergelak. Tiba-tiba, dia memelukku.

"Ya, Nam Joon!" kagetku.

"Gomawo, Alin-ah. Kurasa tahun ini akan menjadi hari ulang tahun terbaikku," ucapnya sungguh-sungguh.

Aku mendengus pelan dan membalas pelukannya untuk menepuk punggungnya lembut.

"Semoga tahun ini kau semakin bersinar dan semakin keren lagi," ucapku tulus.

"Dangyeonhaji (Tentu saja)," balasnya enteng, membuatku tersenyum geli.

"Mandilah," kataku sembari mendorongnya pelan. "Meski ini hari ulang tahunmu, tapi kau tetap harus membawaku jalan-jalan."

Joon Hyung kembali tergelak. "Arasseo (Aku mengerti)." Pria itu tiba-tiba mengacak rambutku, membuatku menatapnya kesal. "Tapi, bagaimana kau bisa tahu nomor Eomma (Ibu)? Dan kapan kau belanja semua ini?" Dia menunjuk ke arah bahan-bahan yang sudah ada di meja dapur.

"Semalam aku mencurinya dari ponselmu," aku mengaku. "Dan sebelum pulang kemarin saat aku mengajakmu mampir ke mart, aku sekalian belanja. Sekarang pergilah dan biarkan aku memasak. Aku sudah lapar."

"Wah ..." Joon Hyung sepertinya tak berniat melepaskanku begitu saja. "Tidakkah kau terlalu banyak mencuri dariku?"

Aku menatapnya tak terima karena tuduhan itu.

Snow Kiss (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang