Alina
"Neomu yeppeuda! (Sangat cantik!)" seruku kagum ketika kami menyusuri pantai Heundae.
"Ige (Ini) ..."
"Alin-ah, ayo kita jalan lebih dekat ke airnya," Min Hee Ahjumma menyela kalimat Joon Hyung.
Aku melirik Joon Hyung yang menatap ibunya kesal dan tersenyum geli sembari mengangguk menyetujui.
"Ah, Eomma!" seru Joon Hyung protes dari belakang.
"Apa Joon Hyung memperlakukanmu dengan baik selama di Seoul?" tanya Min Hee Ahjumma.
Aku mengangguk. "Tapi aku belum sempat ke Everland. Dan ketika aku bilang aku ingin ke gunung, dia bilang aku pasti akan kelelahan untuk hiking," aduku.
"Siapa suruh kau hanya di sini selama seminggu?" Joon Hyung menyahut di belakangku.
"Ah, kau mendengarnya?" balasku polos.
Joon Hyung mendesis kesal. Ia lalu menatap ibunya dan berkata,
"Eomma, Appa sendirian. Aku tidak mau menemani Appa, jadi Eomma saja yang pergi." Joon Hyung lantas menunjuk ke belakang.
Aku dan Min Hee Ahjumma menoleh ke belakang untuk melihat Joon Ho Ahjeossi berjalan sendirian.
"Kau ini benar-benar ..."
"Anak yang baik, aku tahu," sela Joon Hyung dengan percaya dirinya. "Silakan Eomma menikmati jalan-jalan dengan Appa."
Joon Hyung memegangi kedua bahu ibunya, lalu membawa ibunya kepada ayahnya, sebelum kembali ke sebelahku.
"Aku namja yang manis dan romantis," celetuk Joon Hyung, membuatku reflek tergelak.
"Neo jinjja utgyeo (Kau benar-benar lucu), Nam Joon Hyung. Apa yang kau coba lakukan kali ini?" tanyaku geli.
Joon Hyung mendecak kesal. "Menculikmu," tandasnya, sebelum ia meraih tanganku dan menarikku berlari bersamanya di bibir pantai.
"Ya!" seruku kaget. Namun ketika Joon Hyung menarikku ke arah air, aku berteriak panik. "Aniya, aniya! (Tidak, tidak!)
Joon Hyung tergelak, lalu detik berikutnya kurasakan tubuhku terangkat.
"Ya, Nam Joon!" seruku ketakutan. "Jika kau berani melemparku ke laut, aku akan mencekikmu, aku sungguh-sungguh," janjiku. "Ini musim dingin, ya! I musikhan nom-ah! (Kau pria bodoh!)"
"Mworago? (Apa katamu?)" Joon Hyung melotot kaget ke arahku.
Aku baru menyadari telah salah bicara saking paniknya.
"Aniya, mianhae (Tidak, maafkan aku). Mianhaettago (Maaf, kataku). Sallyeojwo (Selamatkan aku)," pintaku memelas.
Joon Hyung tersenyum geli. "Gwiyeopke marhae (Katakan dengan cara yang imut)," pancingnya.
"Jugosipeo? (Apa kau mau mati?)" sengitku.
Namun, kurasakan pegangan Joon Hyung di tubuhku melonggar, membuatku reflek mendekat dan mengeratkan pengangan padanya.
"Ya!" seruku kesal sembari menatap ke arah Joon Hyung, tapi kalimatku terhenti mendapati jarak wajah kami yang begitu dekat, terlalu dekat.
Reflek aku menarik tubuhku mundur dan Joon Hyung berseru,
"Jangan bergerak!"
Aku membeku di gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Kiss (End)
General FictionAlina Untuk apa aku hidup? Selama ini, aku senang menjalani hidupku karena Tante Luna. Bisa dibilang, tantelah alasan aku bertahan meski hidupku bisa dibilang menyedihkan. Ayah yang meninggalkan aku dan Ibu saat aku masih kecil, lalu Ibu yang den...