Alina
Joon Hyung pasti sudah gila. Apa katanya tadi? Cinta?
Apa dia bercanda? Aku bahkan belum makan malam dan dia sudah melemparkan omong kosong seperti itu padaku. Kali ini ia benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa ia bercanda begitu serius tentang masalah perasaan?
"Alin-ah!" Joon Hyung menyusulku keluar dari restoran. "Ya, bagaimana bisa kau pergi begitu saja? Kita bahkan belum makan malam."
"Kau benar-benar keterlaluan!" aku membentak Joon Hyung. "Apa kau pikir aku masih bisa makan setelah kata-katamu tadi? Bisa-bisanya kau bercanda tentang hal seperti itu."
"Aku tidak bercanda, astaga!" Joon Hyung frustasi.
"Jangan membentakku!" teriakku. "Kau yang salah di sini."
"Aku salah karena mencintaimu?" Joon Hyung menatapku terluka.
Tunggu. Terluka? Itu berarti, dia ... benar-benar mencintaiku? Tapi bagaimana?
"Saranghae (Aku mencintaimu), Alin-ah. Jinsimeuro (Sungguh)," ucap Joon Hyung sembari menatap mataku.
"Tapi bagaimana? Kenapa?" Aku tak dapat menahan tanya. "Kita baru bertemu lagi minggu lalu dan ..."
"Sudah kubilang, aku mencintaimu jauh sebelum hari ini," Joon Hyung berkata.
"Eottohkae? (Bagaimana?)" tuntutku. "Wae? (Kenapa?)"
Joon Hyung mendengus pelan, frustasi. Ia lantas menahan bahuku, menatap tepat ke mataku dan berkata, "Ya, aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu. Aku baru menyadarinya ketika aku sudah sangat mencintaimu dan aku tidak bisa berhenti. Apakah aku butuh alasan untuk mencintaimu? Jika memang cinta butuh alasan, katakan padaku, alasan apa yang bisa membuatmu mencintaiku."
Aku menahan napas. Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa Joon Hyung ...?
Aku tercekat ketika butiran salju jatuh di antara kami. Aku mendongak. Lebih banyak butiran salju turun dari sana.
"Alin-ah," panggil Joon Hyung, membuatku kembali menatap pria itu.
"Saranghae (Aku mencintaimu)."
Aku terkesiap ketika Joon Hyung memajukan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya pada bibirku. Kontan aku menarik diri.
"Ya, Nam Joon Hyung!"
Aku memekik pelan ketika Joon Hyung menarikku mendekat, menangkup wajahku dan menunduk. Aku memejamkan mata ketika Joon Hyung mencium bibirku dengan lembut.
"Sekarang kau bisa percaya pada perasaanku padamu?" tanya Joon Hyung begitu ia mengakhiri ciuman.
Aku tak bisa menjawab, masih menatapnya tak percaya. Pria ini bersungguh-sungguh.
"Kau bisa memikirkan perasaaku nanti, sekarang kita pulang dulu. Saljunya turun semakin lebat," Joon Hyung berkata seraya menarikku ke arah mobil.
Sepanjang jalan, aku sama sekali tak menatap Joon Hyung. Tatapanku terus tertuju keluar, ke arah butiran salju yang semakin banyak turun dari langit. Cantik.
Aku mengernyit ketika teringat beberapa kali, Joon Hyung mengucapkan kata itu sembari menatapku. Setiap kali aku mengatakan betapa cantiknya pemandangan di depanku, Joon Hyung akan menatapku dan mengatakan ...
"Yeppeo (Cantik)."
"Neomu yeppeo (Sangat cantik)."
"Neodo (Kau juga)."
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Kiss (End)
General FictionAlina Untuk apa aku hidup? Selama ini, aku senang menjalani hidupku karena Tante Luna. Bisa dibilang, tantelah alasan aku bertahan meski hidupku bisa dibilang menyedihkan. Ayah yang meninggalkan aku dan Ibu saat aku masih kecil, lalu Ibu yang den...