Alina
"Apa kau akan terus membaca buku sepanjang jalan? Karena itukah kau mengajak naik KTX? Karena kau bisa membaca dengan nyaman?" Suara kesal Joon Hyung membuatku tersenyum geli.
"Aku tadi sudah cukup menikmati pemandangan, dan mendadak aku ingin membaca. Kau juga tahu kan, aku suka membaca," ucapku tanpa menatapnya.
"Kau benar-benar akan mengabaikanku sepanjang jalan?" tanyanya lagi, masih kesal.
Aku tak menjawab. Aku berniat mengabaikan Joon Hyung sampai pria itu merebut novel di tanganku, membuat berseru protes,
"Ya!"
"Begitu lebih baik," Joon Hyung berkata seraya menyelipkan novelku di sebelahnya.
"Kau tahu aku tidak suka diganggu ketika melakukan sesuatu," aku memperingatkannya.
"Tapi kau sedang liburan di sini, itu pun bersamaku. Lucu jika aku diam saja membiarkanmu mengabaikanku," balas Joon Hyung enteng.
"Kapan aku mengabaikanmu?" ucapku tanpa sedikit pun merasa bersalah.
Joon Hyung mendengus tak percaya.
"Arasseo, arasseo (Aku mengerti, aku mengerti)," aku berkata akhirnya. "Nanti aku akan menemanimu mengobrol, tapi biarkan aku menyelesaikan novelku dulu," janjiku.
"Ya, mana bisa kau menyelesaikan novel setebal ini secepat itu?" Joon Hyung tak terima.
"Aku bisa. Kemarikan novelku, akan kubuktikan," kataku.
"Kau benar-benar pintar bicara, tapi tidak. Kau tidak akan selesai membaca bahkan ketika kita sampai di Busan nanti," tolak pria itu.
Joon Hyung pintar juga. Namun, tentu saja, aku lebih pintar. Ketika dia lengah, aku mencondongkan tubuh di depannya, mengejutkannya. Memanfaatkan keterkejutan Joon Hyung, aku meraih ke arah novelku di sebelahnya.
"Sebentar lagi," ucapku sembari mengangkat novel di tanganku.
Joon Hyung mendesis kesal ketika aku menarik diri. Namun, ia tak lagi menggangguku ketika aku melanjutkan membaca. Begitu aku mengakhiri satu chapter, aku sudah akan meletakkan novelku, tapi saat aku menoleh ke samping, kulihat Joon Hyung sudah terlelap.
Aku tersenyum geli. Dia yang tadi ribut tentang aku yang mengabaikannya, dan sekarang dia malah tertidur. Ketika melihat posisi tidurnya yang tidak nyaman, aku meletakkan novel di pangkuanku untuk menarik kepalanya ke bahuku. Joon Hyung bergerak pelan dan aku mengusap kepalanya lembut, tak ingin ia terbangun. Dia pasti masih mengantuk. Tadi pagi dia bangun terlalu pagi karena aku sudah memburunya untuk bersiap-siap.
Setelah yakin Joon Hyung tampak nyaman dalam lelapnya, barulah aku kembali mengangkat novelku dan melanjutkan membaca. Beberapa kali Joon Hyung bergerak pelan dan tanganku reflek terangkat untuk mengusap kepalanya. Sampai kami tiba di Busan, barulah Joon Hyung bangun dari tidurnya.
Kalimat pertama yang diucapkan Joon Hyung ketika membuka mata adalah,
"Melihatmu saat aku membuka mata ternyata menyenangkan juga."
Aku tersenyum geli. "Aku sudah akan meninggalkanmu jika kau tidak bangun ketika kita tiba di stasiun tujuan nanti."
Joon Hyung mendengus geli. "Seolah kau bisa saja," balasnya. "Bahkan empat belas tahun lalu, ketika aku baru datang ke Indonesia, apa pun yang terjadi, kau tak pernah meninggalkanku."
Aku tertegun. Dia ... masih mengingat itu?
"Tak ada satu hal pun tentangmu yang kulupakan, Alin-ah." Pengakuan Joon Hyung mengejutkan, tapi membuatku tersenyum juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Kiss (End)
General FictionAlina Untuk apa aku hidup? Selama ini, aku senang menjalani hidupku karena Tante Luna. Bisa dibilang, tantelah alasan aku bertahan meski hidupku bisa dibilang menyedihkan. Ayah yang meninggalkan aku dan Ibu saat aku masih kecil, lalu Ibu yang den...