Sepuluh bulan kemudian ...
"Yeobo (Sayang), ada surat untuk kita!" Joon Hyung berseru ketika ia masuk.
"Surat apa?" tanya Alina sembari menghampiri suaminya yang membawa dua plastik belanjaan di tangannya.
"Surat cinta, pastinya," sahut Joon Hyung, membuat Alina mendengus geli.
"Kau mendapat surat cinta dari fans-mu?" selidik Alina.
"Kau cemburu?" Joon Hyung menyeringai.
"Ani (Tidak). Aku malah harusnya berterima kasih karena mereka mendukungmu," Alina membalas.
"Ya, cemburu itu bagian dari cinta," protes Joon Hyung.
"Untuk apa aku cemburu pada fans-mu? Mereka juga tahu aku dan mendukung hubungan kita. Tak ada satu pun fans yang mengirimimu surat cinta, jadi jangan kege-eran," tandas Alina. "Jadi, surat apa yang kau bawa itu?" tuntutnya.
Joon Hyung mendengus pelan, lalu berjalan melewati Alina untuk meletakkan belanjaan, sebelum kembali pada Alina dan membawanya ke sofa ruang tamu. Ia lalu mengeluarkan dua buah post card dari saku mantelnya.
"Ini ..."
"Maja (Benar), surat yang kita tulis tahun lalu," lanjut Joon Hyung.
Alina tersenyum lebar. Ia pertama membaca tulisannya sendiri.
Ketika kau membaca ini, semoga kau masih ingat bagaimana dia membantumu melewati masa terberatmu. Baik-baiklah padanya, Alina. Dan semoga, ketika kau membaca surat ini, kau masih bersahabat baik dengannya.
Alina tersenyum haru membaca tulisan itu.
"Apa ini? Semoga kau masih bersahabat baik dengannya?" protes Joon Hyung di sebelahnya.
Alina tersenyum geli. "Wae? (Kenapa?) Bahkan saat ini kau juga menjadi sahabat terbaikku."
"Sahabat terbaik?" Joon Hyung melotot.
"Dan suami terbaik," sambung Alina.
Barulah Joon Hyung tersenyum.
Alina lantas membaca surat dari Joon Hyung satu tahun lalu, dan ia merasakan dadanya sesak oleh emosi ketika membacanya.
Bahkan meski satu tahun berlalu, atau sepuluh tahun berlalu sekalipun, kau tahu kan, perasaanmu padanya tak akan berubah? Jadi, beranikan dirimu dan nyatakan perasaanmu padanya. Toh berapa tahun pun berlalu, perasaanmu tak akan pernah berubah. Kau akan tetap mencintainya.
"Tentu saja, tak akan ada yang berubah tentang perasaanku padanya," Joon Hyung berkata. "Dia adalah cinta pertama dan terakhirku."
Alina menoleh pada suaminya. "Nugu? (Siapa?)"
Joon Hyung tersenyum. "Neo (Kau). Masih dan selalu."
Alina tersenyum saat Joon Hyung menunduk ke arahnya dan menciumnya, tapi Alina lebih dulu menarik diri. Ia menunduk dan mengusap perutnya yang membuncit.
"Wae? (Kenapa?)" tanya Joon Hyung cemas.
"Anak kita. Dia sedang berlatih taekwondo," gemas Alina.
Joon Hyung tergelak. Ia membungkuk dan mencium perut Alina.
"Saranghae, neodo (Aku mencintaimu juga)," ucap Joon Hyung.
Alina tersenyum. Jika bersama Joon Hyung, rasanya Alina tak bisa berhenti tersenyum. Karena ia terlalu bahagia dengan keberadaan pria ini di sampingnya. Cinta pertama, dan juga terakhirnya.
End
Dear Readers,
Thanks a lot udah ngikutin cerita ini dari awal, makasih buat yang udah baca dan makasih juga buat dukungan dalam bentuk comment maupun vote-nya.
Please give your love for my other stories as well. Makasih.. :*
Love,
Ally Jane
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Kiss (End)
General FictionAlina Untuk apa aku hidup? Selama ini, aku senang menjalani hidupku karena Tante Luna. Bisa dibilang, tantelah alasan aku bertahan meski hidupku bisa dibilang menyedihkan. Ayah yang meninggalkan aku dan Ibu saat aku masih kecil, lalu Ibu yang den...