6 - Unveiled Truth

2.4K 178 17
                                    


Alina


Aku mengamati bangunan tiga lantai di depanku yang memiliki dinding kaca. Bangunannya unik.

"Ini rumahmu? Sebesar ini?" takjubku.

"Nanti begitu aku menghasilkan lebih banyak uang, aku akan membeli seluruh bangunan ini." Balasan Joon Hyung membuatku menyadari aku baru saja mengatakan hal yang salah.

"Bukan begitu. Kupikir ..."

"Rumahku di lantai tiga," Joon Hyung menyela.

Apa dia tersinggung?

"Kau pasti akan menyukainya. Kau bahkan bisa langsung ke atap gedung dan menikmati pemandangan dari sana. Meski sekarang pasti akan sangat dingin," lanjut Joon Hyung.

"Aku pasti akan sangat menyukainya," balasku, berusaha memperbaiki kesalahanku, tapi Joon Hyung tersenyum geli.

"Baguslah," ia membalas. "Kamarnya juga ada satu, jadi kita berbagi tempat tidur."

"Ya!" seruku kesal.

Joon Hyung tergelak. "Masuklah dulu, aku akan membawakan barang-barangmu."

"Ish. Jangan berusaha terlalu keras untuk membuatku menjadi penjahat," balasku kesal.

"Kau bukan hanya penjahat. Pencuri juga," tuding Joon Hyung.

"Pencuri?" Aku melotot kesal. "Kau yang tadi meminjamkan mantelmu padaku!"

Joon Hyung tergelak. "Mian (Maaf), aku lupa," balasnya santai. Ia lantas turun dari mobil untuk menurunkan barang-barangku dari bagasi.

Apa dia tidak bosan mendapat teriakan kesalku?

Saat aku menyusul Joon Hyung, ia sudah menurunkan semua barangku. Dengan bahunya, ia mendorongku ke arah rumahnya.

"Ara, ara (Aku tahu, aku tahu)," gemasku sembari berjalan lebih dulu ke arah rumahnya.

Namun, aku terkejut ketika bukannya masuk ke bangunan itu, Joon Hyung malah mengarahkanku ke arah tangga di samping gedung. Ia menyebutkan lantai ketiga. Aku berusaha membantunya membawakan barang-barangku, tapi ia menolak.

"Cepat, cepat. Aku kedinginan," burunya, membuatku terpaksa melangkah cepat menaiki anak tangga hingga ke lantai yang disebutkannya tadi.

Di depan pintu rumahnya, ia memasukkan kode pintunya.

"Apa kodenya?" tanyaku penasaran.

"Dua empat lima delapan," jawabnya sembari menarikku masuk.

"Angka apa itu?" Aku menatapnya heran.

Joon Hyung tersenyum ke arahku. "Angka kesukaan kita."

Aku tak mampu menanggapi. Aku masih tak mengatakan apa pun setelah Joon Hyung membawa masuk barang-barangku juga.

"Ayo, kutunjukkan isi rumahku padamu," ajaknya sembari menggandengku. Ia menyalakan lampu sembari membawaku melihat-lihat rumahnya.

Dari ruang tamu, ia membawaku ke dapur dan menawariku minum, tapi aku menggeleng. Ia lantas membawaku naik ke lantai dua, tempat kamar tidur berada. Ia juga menunjukkan kamar mandi yang memiliki jendela yang menghubungkan teras indoor penuh dengan tanaman.

"Cantiknya," gumamku kagum.

Ia kemudian membawaku naik ke balkon atap yang disebutkannya tadi. Dinginnya angin seketika menyapaku saat pintu terbuka.

Snow Kiss (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang