6

5.7K 409 9
                                    

Dosa perempuan kotor, apa pun sebutan yang pantas disandang oleh Jingga membuat gadis itu kini menatap seorang pria yang sedang terbaring lemah.

Tak ada seorang pun yang menemani pria yang dipanggilnya John tersebut. Pria itu sendirian, sama seperti ketika ia ditinggalkan oleh John yang pergi bersama keluarga barunya.

Gue gak punya siapa2 selain lo

Selain itu dia juga harus membebaskan diri dari Awan pria brengsek yang mengancam hidupnya. Pria yang menjebaknya dan menyiksanya perlahan.

Pria yang pernah menempati tempat pertama dihatinya

Pria dingin yang diyakininya tak pernah mencintainya. Ia hanya terobsesi oleh dendam masa lalunya.

Dan Jingga hanya mengutuk dirinya yang justru mencintai Awan seperti seorang pengecut.

"Halo" ucap Mince nyaring diseberang telepon.

"Halo Nce, jadi kan?"

"Jadi, udah gue line nama hotel, juga nomor kamarnya, 50 juta bersih, jangan ngecewain dia ya Ciiinn... jangan buat gue malu"

"Tengkyuu ya Mince"

"Iyeee, yang penting lo harus inget satu hal, itu dosa, lo tanggung sendiri"

"Iyeeee, gue tahu"

Telepon terputus, setelah menjenguk John, dia pergi ke alamat yang diberikan Mince tersebut.

Demi John, demi kebebasan gue, gue gak mau akhir nasib gue kayak Crysant. Sekali ini aja cukup.

Toh banyak cewek2 yang udah ga perawan... fine2 aja..

Kenapa ya kalau cewek ketahuan banget gk perawan, coba aja  cowok, enak... kita gak akan bisa tahu dia masih perjaka atau enggak

Jingga mulai ngedumel dalam hati sembari mengetuk pintu.

Jingga masuk, dan disinilah dia, melihat punggung seseorang yang hanya memakai celana panjang berwarna hitam tersebut dengan jantung yang berdebar kencang.

Otot2nya yang berbentuk, membuat Jingga menelan ludah.

Untung masih muda, gue pikir udah aki-aki

Pria tersebut berdiri diam memunggungi Jingga.

"Permisi, saya Jingga" ujar gadis itu meletakkan tasnya.

Dia mulai duduk di tepi tempat tidur, dan sibuk membuka kaos kakinya juga kancing bajunya.

Hingga Jingga sadar bahwa sepasang mata elang yang tak asing baginya kini menatapnya tajam.

Pria itu menggeram dan mengeraskan kedua rahangnya. Pria itu mengepalkan kedua tangannya dan menerjang Jingga dengan buas.

Sedangkan Jingga hanya mengerjapkan mata kemudian terdiam seribu bahasa. Hingga akhirnya dia membisikkan kata2 mantra, harapan terakhirnya.

"Awan" Jingga menyebut nama Awan seakan ia sedang memanggil dewa kematian.

"Begini cara kamu lunasin hutang?"

"Gue...gue..salah kamar" Jingga mengancingnkan bajunya dengan tergesa-gesa.

"Kamu gak salah kamar Jingga"

"..."

Jingga kini terlentang di bawah Awan. Seakan pria itu kini sedang bersiap-siap menjadikannya makanan penutup.

"Saya sudah bayar kamu 50 juta"

"..."

"Maaf... gu-gue gak jadi, gue bakal balikin uangnya"

Jingga di langit ber-AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang