17

4.4K 324 24
                                    

Gira. Abang Datta sahabat Awan datang kembali..

Membual tentnag cinta yang berlandaskan balas dendam atas kematian sang adik.

Demi memperebutkan Jingga.

Kini Gira kembali, menagih hutang nyawa adiknya.

"Jangan keluar dari rumah" ujar Awan mengecup kening Jingga dengan lembut.

Sudah sebulan setelah aksi teror dan juga kecelakaan Awan, kabar Gira tak pernah terdengar oleh Jingga maupun Awan.

Gira Alexander Brown...

Nama asli dari pria yang kerap dipanggil Bokis oleh Jingga.

POV JINGGA

Aku melihat sekelebat awan hitam menghampiri istana milikku, milik kami. Mereka membawa petir, hujan es yang siap menerjang istanaku dan merubuhkannya.

mereka datang dari masa lalu. Mengatas namakan cinta, menagih nyawa yang sudah tiada...

"Aku mau cokelat Wan" ucap Jingga manja.

Setelah kepenatan menyerangku, dan rasa bosan akhirnya membuatku hampir gila, Awan memutuskan membawaku berjlana-jalan. Awan. Dia pangeranku berkuda hitam.

"Tunggu sebentar disini"àucap pria yang tak pernah mengatakan cinta padaku. Tapi aku tahu dia mencintaiku. Dia sangat mencintaiku.

aku menutup mata. Melihat punggung pria yang kucintai terakhir kalinya.

"AKU MENCINTAIMU AWAAAAANNN!!!!" kalimat itu seperti kalimat perpisahan, sebelum akhirnya aku merasa sekujur badanku nyeri, aku menggigil hebat.

Hujan es dan juga petir telah tiba di istana megahku, mereka merubuhkannya dalam satu hentakkan.

Samar2 kulihat Awan berlari menghampiriku.

Aku menatap langit yang terlihat dekat, angin begitu sejuk menamparku, kemudian aku menutup mataku. Berharap bahwa ini hanya sekedar mimpi.

POV AWAN

kejadian itu terjadi begitu cepat. Di depan mataku, sebuah sedan hitam menghantam tubuh Jingga hingga tubuh wanita yang kucintai terhempas mengantam aspal hitam dan terpelanting.

Gira berhasil membalaskan dendamnnya....

Dan betapa bodohnya aku membiarkan dia menungguku sendirian, seharusnya aku menggandeng tangannya, tanpa menyuruh Jingga menunggu.

"JIIIIIIIIINNNNGGGGAAAA!" 

"JINGGA! bangun sayang... bangun JINGGA!"

"Jingga!!!!!"

***

Cakra melihatku iba. Aku hancur. Seorang wanita adalah kekuatan juga kelemahan, dia bukan sekedar wanita. Dia adalah Ratu, dia inti dari duniaku.

"..." aku menatap mata Cakra seakan membaca apa yang tak bisa dikatakannya.

"Maaf, si kembar tak terselamatkan" ucapannya menghantamku hebat. Dada sesak seaka  sulit untukku bernafas.

"kita akan melihat perkembangan kakak ipar, jika dalam tiga hari dia tidak sadarkan diri, maka kondisinnya akan dinyatakan koma" ucap Cakra.

kaki ini tak memiliki rasa, aku terduduk di pinggiran ruang ICJ, menatap bayangan yang dipantulkan oleh kaca, betapa menyedihkannya aku.

terasa bagaimana eratnya tangan mama yang meremas bahuku.

"Rasanya, masa lalu terulang kembali"

Jingga di langit ber-AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang