Jingga mengerjapkan matanya sekali lagi. Tapi yang dilihatnya tetaplah sama, Awan. Pria yang punya seringai paling buas yang mampu membuat jantungnya lari marathon kini ada di hadapannya.
"Ngapain lo?!"
Teriak Jingga menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Harusnya saya yang tanya kamu ngapain di kamar saya pakai baju saya?"
Astagaaa...gue lupa...ada2 aja sih, ngapain jugak gue pake bajunya..mati deh!
Jingga sibuk merutuki keputusannya mencoba baju Awan. Kini gadis itu harus menahan rasa malu.
"Lebih baik kamu bersihin wajah kamu di kamar mandi, itu ada bekas air liur"
Nih cowok, bisa gak sih gak usah terang2an gitu...
"Gak usah terang2an gitu, ini juga gue mau mandi"
Pagi yang memicu amarah... entah bagaimana sukses membuat Jingga tambah semangat...
Jingga mengusap rambutnya yang basah kemudian menepuk sedikit bedak ke wajahnya. Tanpa ia sadari Awan sedari tadi menatapnya.
"Lo gak mandi?" Jingga mengangkat sebelah alisnya.
"Hmmm"
"Mandi gih, biar kita turun makan"
"Hmmmm"
"Awaaaann..."
"Ya?"
"Mandi"
"Hmmmm" pria itu bergumam dan tersenyum menatap pantulan di cermin. Mengambil handuk kering di lemari dan masuk ke dalam kamar mandi.
Gileee,, udah kayak suami istri aja,, satu kamar mandi, tapi untung gak mandi bareng... fiiuuuhhh
Di meja makan sudah berkumpul Cakra, Nadira dan Samudera. Serta hidangan untuk sarapan, roti, susu, juga jus jeruk. Tawa Nadira juga senyum jahil Samudera yang hobi menggoda istrinya adalah tontonan yang menarik dan membuat semangat di pagi hari.
"Pagi Jingga, pagi Awan" ucap Nadira tersenyum ramah dan mengolesi roti.
Awan dan Jingga duduk bersebelahan diikuti tatapan Cakra juga Samudera.
"Basah rambut lo Wan?" Ucap Cakra yang membuat Awan tersedak remah roti bakarnya.
"Hmmm"
"Biasanya itu cewek yang basah rambut, kalau habis didatangi cowoknya tidur bareng di kamar"
Awan menatap Cakra dengan tajam. Pasalnya ia begitu kenal sifat Cakra yang mewarisi sifat ibunya sendiri, selalu menggoda nya perihal hubungan percintaan. Tanpa sadar, bahwa hubungan percintaanya sendiri amburadul.
"Kamu mau apa?" Tanya Jingga dengan manis dan tersenyum. Awan yang sontak kaget dengan nada tanpa ketus juga sebutan lo-gue yang berubah menjadi aku-kamu membuatnya menatap wanita yang dicintainya dengan tatapan sangar.
Penuh selidik, apakah Jingga sedang memainkan drama sebagai tunangan yang baik, ataukan itu memang tulus.
Masalahnya, Senyuman wanita itu terasa nyata untuknya.
"Susu" jawab Awan pelan sambil mengunyah rotinya.
"Lah...bukannya udah ya Wan." Kini Cakra menimpali, sedangkan Jingga sibuk menuangkan susu untuk Awan.
"Apanya?" Awan mengernyit menanggapi pertanyaan Cakra.
"Susunya"
"..."
Awan diam mulai mencerna perkataan Saudara kembarnya
"Tadi malam" goda Cakra, yang sontak membuat Jingga menumpahkan jusnya, juga Nadira tertawa girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga di langit ber-Awan
Romance"Jadi pacar gue satu malam" ucapan Jingga membuat Awan diam. "..." "Apa kamu tahu untuk jadi pacar saya dalam satu malam itu termasuk tidur bersama" "Baiklah, tidur bersama asal hutang gue lunas" ucapan Jingga membuat semburat amarah di wajah Awan. ...