Day 39

3.8K 349 31
                                    

Day 39

Author POV

Hari ini Michelle sengaja pergi berbelanja ke supermarket pagi-pagi, dia membeli bahan makanan, dan menyetir sendiri mobilnya yang belum lama keluar dari bengkel menuju apartment Devan. Dengan kaos oblong berwarna putih dan jeans berwarna biru dan converse dia terlihat begitu simple pagi itu.

Setelah menyetir di jalanan Jakarta yang cukup lengang mengingat ini adalah hari sabtu, akhirnya mobil Michelle memasuki area parkir apartment Devan. Dia bergegas naik ke lift menuju unit apartment Devan.

Saat ini Michelle tampak sedang berdiri di depan pintu unit apartment Devan, menunggu pintu terbuka. Benar saja, tak butuh waktu lama untuk seseorang dari dalam apartment menarik handle pintu.

Cekrek.

"Hai....pak Tua" Michelle tersenyum pada si empunya apartment.

"Hai?" alis Devan bertaut. "Apa itu sopan santun yang benar sama orang tua?"

Michelle tampak tersenyum, memindahkan paper bag tempatnya membawa bahan makanan ke tangan kiri, lalu menarik tangan Devan, dan mencium tangan pria itu. Devan hampir terlonjak karena keterkejutan, sementara Michelle tampak tersenyum sambil menikmati mencium tangnan pria itu "Selamat pagi pak tua." Michelle menekankan setiap kata dalam kalimatnya seraya menatap Devan.

"Lumayanlah." Deva menarik paper bag dari tangan Michelle lalu membawa masuk tas yang cukup besar itu.

Devan berjalan menuju dapur diikuti Michelle di belakangnya.

"Kamu habisin gaji pertama kamu sebagai anak magang buat belanja semua ini?"

"Iya."Michelle tampak merengut, sementara Devan menggeleng menahan senyum.

"Nanti saya ganti, sebutin berapa yang harus saya bayar." Devan meletakkan paper bag itu di meja.

Michelle tampak menarik celemek dari sebuah laci, rupanya dia sudah hafal beberapa tempat di dapur Devan. Entah mengapa tangan Devan dengan sigap menarik celemek itu dari tangan Michelle, membuat mata Michelle terbelalak.

Devan tampak tersenyum, dengan satu gerakan dia mengikat tali celemek di leher Michelle, membuat gadis itu bergidik merinding. Tapi tangannya membantu Devan dengan menanrik rambutnya yang terurai ke atas dengan tangannya. Lalu dia berputar membuat Devan lebih mudah mengikat di bagian pinggang.

"Kok kamu jadi tegang?" Devan menatap ke arah Michelle, membuat gadis itu membuang pandangannya. Gadis itu hanya menelan ludah, tidak menjawab.

"Ok, saya nggak akan ganggu kamu. Saya masih banyak kerjaan. Kalau perlu sesuatu saya ada di depan."Devan berjalan meninggalkan Michelle, kembali ke ruang depan dan sibuk dengan laptop dan beberapa map di meja ruang tamu.

***
Michelle tampak sedang sibuk memasak. Gadis ini memang sempat mengikuti kursus memasak karena saran dari sang mama. Dia menikmati memasak selain bernyanyi. Dan tentu saja dia juga memasak sambil bersenandung.

Memotong, mengupas, mencuci, menggoreng, semua sambil terus bersenandung lirih.

Tampak Devan mendengar senandung itu dari ruang tamu, membuatnya bangkit dari tempat duduknya, berjalan ke arah dapur, tapi berhenti di dinding penyekat antara dapur dan ruang tamu, dia bersandari di dinding sebelah meja makan kecil berada, melipat tangannya, sementara matanya mengikuti semua gerakan yang di buat oleh Michelle.

"Hah." Michelle terlonjak saat melihat Devan tengah berdiri mengamatinya.
"Ngapain berdiri di situ?"Michelle terlihat bingung.

Devan tidak menjawab, dia hanya terus menatap Michelle, perlahan dia bangkit dari tempatnya bersandar, berjalan mendekat ke arah Michelle, semakin dekat, lebih dekat, membuat gadis itu menyeret mundur langkahnya.

120 Days #Googlrplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang