Day 2

5.9K 352 28
                                    


(Pukul 05.00 - Apartment Devan)

Pria dengan time management terbaik di Jakarta mungkin salah satunya adalah pria yang saat ini tampak mulai bergerak dari tempat tidurnya. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan kesadaran dirinya secara penuh. Dia tampak segera bangun, kemudian duduk sebentar, lalu segera berdiri, berjalan keluar menuju arah mini pantry untuk meneguk segelas penuh air mineral. Dia tampak kembali ke dalam kamar untuk mengambil sepatu olahraga dari sebuah rak di samping lemari. Kemudian dia melakukan limabelas kali push up, disusul limabelas kali sit up. Tak lama dia tampak berlari keluar dari apartmentnya untuk jogging.

(Pukul 05.00 - Kamar tidur Michelle)

Michelle tampak masih bermimpi indah di balik selimut tebalnya pada suhu ruangan super dingin karena air conditioner yang di set di suhu 16 derajat.

(Pukul 06.00 - Apartment Devan)

Dia tampak sudah kembali ke apartmentnya, sedang menikmati segelas air putih. Duduk sebentar menunggu keringatnya kering.

Setelah keringatnya kering, Devan segera masuk ke kamar mandi. Dia menyalakan shower dan langsung tenggelam didalam kebiasaan mandi super detail dan super bersih, diawali dengan shampo kemudian sabun di seluruh tubuh, menggosok setiap detail, lipatan, dan seluruh permukaan kulit.
Setelah selesai dia kembali ke washtafel untuk bercukur, merapikan bulu-bulu di wajahnya. Menoleh ke kiri, kanan, memastikan semua bulu-bulu menghilang dari wajahnya, menyisakan seperlunya. Dia sengaja tidak menyikat giginya sebelum meminum kopi pagi hari, karena malam hari sebelum tidur dia sudah menyikat giginya, dan praktis tidak ada makaann masuk setelah itu.

Pertama dia mengoleskan semacam colonge ke tubuhnya, kemudian mengusap rambutnya dengan handuk kering. Lalu meraih pakaian dalam dari dalam lemari. Memakai kaos dalam, dilanjutkan celana dalam, celana, baru kemeja. Setelah itu memasukan kemeja ke dalam celana dan memasang ikat pinggang. Setelah berpakaian, dia memilih kemeja putih andalannya, entah dia memiliki berapa lusin kemeja putih, tapi itulah warna favoritnya, kemudian celana dan ikat pinggang, dia keluar dari kamarnya, tanpa alas kaki. Berjalan ke arah coffe maker untuk membuat secangkir kopi hitam di pagi hari.
Setelah kopi bisa di hidangkan, Devan menuangnya dalam sebuah cangkir cantik, mencium aromanya sebelum menikmati teguk demi teguk. Dia juga membuka lembar koran untuk melihat beberapa headline pagi ini.

Sambil menikmati kopinya ia meraih ponsel dari atas meja, lalu membuat sebuah panggilan.

"halo." Suara seorang wanita dengan aksen medok yang kental.

"Sugeng enjang bu." Sapa Devan.

"Sugeng enjang le, piye kabarmu le?"

"Sehat bu, ibu sama bapak gimana?"

"Sehat-sehat, bapakmu kalau pagi sudah sibuk sama si bendot."

"Siapa bendot bu?"Alisnya bertaut.

"Ayam jago bapakmu, mosok kowe lupa le?"

"Oh..."Devan tampak tersenyum.

"Kemarin saya transfer tujuh juta bu, buat keperluan smester Okta sama praktikum Hans, sisannya ya ibu pakai aja buat sehari-hari." Devan tampak memutar-mutar gagang cangkirnya.

"Oh iya, terimakasih ya le. Kami jadi ngrepoti kamu terus"

"Udah tanggung jawab saya bu." Devan berdehem, "Oh ya bu, jangan lupa minta kwitansi asli dari mereka ya, pastikan jumlah uang yang mereka ambil dari ibu sesuai sama kwitansinya"

"Opo harus selalu begitu to le?"

"Iya bu, ini bukan masalah uangnya. Berapapun yang saya kasih, saya tidak pernah hitung. Buat saya yang penting kejujuran mereka dalam hal keuangan bu. Kalau mereka mau uang jajan mereka di tambah suruh bilang sama saya, saya pasti tambahin asal alasannya jelas, saya cuman nga mau mereka bohong soal uang." Jelas Devan panjang lebar.

120 Days #Googlrplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang