Day 47

3.4K 347 28
                                    

Day 47


Michelle POV

Hari ini jadi hari yang panjang bagiku, bukan hanya pekerjaan kantor yang menghabiskan waktuku tanpa ampun. Setelah melihat berita di TV aku segera pontang panting mencari informasi keberadaan "Bee" kesayanganku.

Sementara itu mama menemaniku, karena aku terus saja menangis, aku tidak bisa menyetir sendiri mobilku. Aku bergegas ke Ophal Cafe untuk mencari tahu kemana korban penusukan di bawa. Dan akhirnya aku mendapat jawaban setelah dengan susah payah mencari sang manager cafe.

Saat ini aku berada di depan ruang operasi, dan beruntung dia di bawa ke rumahsakit tempat papa berpraktek. Saat ini aku dan mama berada di ruang operasi menunggu "Bee" ku berjuang untuk hidupnya dengan pertolongan papa dan tim dokter di dalam. Rasanya seperti mimpi bagiku, kejadiannya terjadi begitu cepat, dan yang lebih parah adalah kenapa kejadian ini terjadi padanya saat kami dalam kondisi yang kurang baik. Kami belum sempat bicara, dan aku tahu ada kesalahpahaman diantara kami soal apa yang terjadi padanya setelah datang kerumah.

Aku memang belum meminta penjelasan apapun dari mama, tapi ekspresi mama saat mengetahui kejadian itu jelas membuatku merasa aneh, pasti mama tahu sesuatu yang tidak aku tahu, tapi sudahlah, saat ini aku hanya ingin berfokus pada kondisi "bee" ku. Dan aku berharap papa dan tim dokter bisa melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan "bee" ku.

Setelah kejadian penusukan, "bee" dibawa ke rumahsakit, dan sekarang sudah lebih dari tiga jam dia berada didalam ruang operasi itu. Sedangkan aku belum sampai sepuluh menit berada di sini menemaninya. Banyak waktuku terbuang karena aku harus sibuk mencaritahu dimana rumahsakit tempatnya dirawat.

"Ya Tuhan, kali ini aku berjanji padamu sekali lagi. Tolong selamatkan dia, dan setelah itu Kau boleh melakukan apapun padaku sesuka hati-Mu" bisikku dalam hati.

Tak lama tim dokter keluar dengan cepat.

"Papa" aku berlari mengejar papa, dan papa menoleh, menepuk punggungku menatapku iba "Kondisinya masih kritis." Kalimat itu membuatku merosot ke lantai dalam tangisku, sementara mama memelukku tak berdaya.

"Bawa ke ruangan papa aja ma." Papa membantuku berdiri, dan kami berjalan ke ruangan papa meski aku terhuyung karena lututku terasa begitu lemas.

***


"Dia masih bisa bicara saat sampai ke rumah sakit." Papa terlihat pucat, lebih pucat dari biasanya.

"Apa?"Alisku bertaut, aku tidak percaya ini.

"Dia minta papa cari kamu, karena ada seseorang yang mengancamnya, mengatakan bahwa kamu dalam bahaya."Lanjut papa, tanganku tiba-tiba gemetar.

"Apa?" aku masih begitu terkejut dengan kalimat papa selanjutnya. Aku? Siapa yang membahayakan nyawaku? Aku bahkan tidak tahu apa-apa.

"Papa segera menelepon mama, tapi mama bilang kamu sudah di rumah. Jadi papa rasa kamu aman, papa tidak memberitahu mama tentang apa yang terjadi, karena papa sibuk dengan oprasi setelah itu." lanjut papa.

"Jadi, dia ditusuk seseorang karena Michelle?" aku bergumam.

"Polisi sedang menyelidikinya." Papa sekali lagi menepuk bahuku.

"Dia di ruang VIP, kamu bisa lihat dia dari kaca di ruangan itu kalau kamu mau lihat." Papa berjalan keluar dari ruangan dengan wajah muram.

Mama menatapku dengan tatapan memberi kekuatan, mama selalu begitu, dia selalu diam, tapi dibalik diamnya, aku selalu tahu dukungannya untukku.


Aku menyeka air mataku sekali lagi sebelum akhirnya aku berdiri, berjalan ke ruangan yang disebutkan tadi dalam limbungku.

***

120 Days #Googlrplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang